Jumat, 07 Juli 2017

IVP METODE NUMERIK




 
INITIAL VALUE PROBLEMS
(Single, First Order ODE and
Systems of Coupled First Order ODE)
11







Oleh :
Kelompok 7
Kelas B


Bima Wandika Putra                                    1407123537
Dani Sasmitra                                                1507113627
Ivan Fadillah                                                  1507117723
Septiani Lestari                                              1507121574






PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017

KATA PENGANTAR

Metode Numerik merupakan mata kuliah wajib Semester IV pada program studi S1 Teknik Kimia dengan beban 3 SKS. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah matematis teknik kimia secara numerik.
Makalah Initial Value Problems (Single, First Order ODE and Systems of Coupled First Order ODE) ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada semester IV mata kuliah Metode Numerik. Makalah ini disusun berdasarkan hasil studi pustaka dan diskusi kelompok.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai bahan pertimbangan untuk penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Riau.

                                                                                       Pekanbaru, Mei 2017
                                                                                   
Penulis










DAFTAR ISI

KataPengantar .......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab VI : Initial Value Problem (IVP)
7.1 ... Pendahuluan .................................................................................................. 1
7.2     Pengertian Initial Value Problem (IVP) ........................................................ 3
7.3     Jenis-jenis Initial Value Problem (IVP) ......................................................... 3
          7.3.1 Single, First Order ODE ...................................................................... 3
7.3.2 Systems of Coupled First Order ODE................................................ 12
7.4     Converting an nth Order ODE to a System of First Order ODE’s .............21
7.5     Rangkuman ..................................................................................................24
Daftar Pustaka......................................................................................................31

BAB VII
Initial Value Problem (IVP)
(Single, First Oerder ODE and Systems of Coupled First Order ODE)

7.1        Pendahuluan
Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. (A differential equation is any equation which contains derivatives, either ordinary derivatives or partial derivatives). Selanjutnya jika dalam persamaan tersebut turunan fungsi itu hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka disebut Persamaan Differensial Biasa (PDB) dan bila tergantung pada lebih dari satu variabel bebas disebut Persamaan Differensial Parsial (PDP).
Contoh:
1.        (Persamaan Differensial Parsial)        
2.       (Persamaan Differensial Biasa)
Order suatu persamaan differensial biasa adalah order tertinggi dari turunan dalam persamaan . Contoh no.2 adalah persamaan differensial biasa order dua. Persamaan differensial biasa order n dikatakan linier bila dapat dinyatakan dalam bentuk;
 
dengan
1.        Jika tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas dikatakan tidak linier.
2.        Jika koefisien  konstan maka disebut persamaan differensial linier dengan koefisien konstan, jika tidak disebut persamaan differensial linier dengan koefisien variable.
3.        Jika , maka disebut persamaan differensial linier homogen, jika  disebut tidak homogen.

Persamaan differensial itu terbagi berdasarkan :
1.                  Berdasarkan pangkat orde :
a.                   Persamaan differensial biasa orde satu
Persamaan differensial orde satu merupakan bentuk persamaan differensial yang paling sederhana, karena hanya melibatkan turunan pertama dari suatu fungsi yang tidak diketahui. Jika dalam persamaan tersebut variabel bebas dan variabel tak bebasnya berada pada sisi yang berbeda dari tanda persamaannya, maka disebut persamaan differensial yang terpisah dan untuk menentukan penyelesaiannya tinggal diintegralkan. Jika tidak demikian, maka disebut persamaan differensial tak terpisah. Suatu persamaan differensial orde satu yang tak terpisah biasanya dapat dengan mudah dijadikan persamaan differensial terpisah melalui penggantian (substitusi) dari salah satu variabelnya.
b.                  Persamaan differensial biasa orde dua
c.                   Persamaan differensial biasa orde tiga

2.                  Berdasarkan kondisi batas:
a.                   IVP (Initial Value Problems), bila nilai variabel tak bebas atau turunannya diketahui pada kondisi nilai mula-mula.
b.                  BVP (Boundary Value Problems), bila nilai variabel tak bebas atau turunannya diketahui lebih dari satu nilai variabel bebasnya.




7.2      Pengertian Initial Value Problem (IVP)
Initial Value Problem (IVP) merupakan materi yang penting untuk dipelajari oleh mahasiswa teknik. Kelas terbesar IVP adalah masalah sementara yaitu, variabel-variabel dependen berubah terhadap waktu. Salah satu contoh permasalahan yang bisa diselesaikan dengan IVP dalam bidang teknik kimia adalah variasi konsentrasi sebagai hasil reaksi dalam reactor batch.
ODE (Ordinary Differential Equation) adalah sebuah persamaan differensial yang berisi turunan dari satu variabel independen, sementara itu PDE berisi turunan dari variabel independen yang lebih dari satu. Pada persamaan differensial biasa (ODE), hanya terdapat 1 variabel bebas.
Penyelesaian persamaan differensial biasa (ODE) dapat dilakukan dengan 4 metode yaitu :
·                     Metode Euler (Explicit)
·                     Metode Runge Kutta
·                     Metode Euler Modifikasi (Implisit)
·                     Metode Trapezoidal
Uraian berikut ini hanya membahas tentang penyelesaian IVP dengan metode Euler (explicit) dan metode Runge Kutta.

7.3       Jenis-jenis Initial Value Problem (IVP)
Adapun jenis dari Initial Value Problem (IVP), yaitu :
7.3.1    Single, First Order ODE
Persamaan untuk IVP Single, First Order ODE bisa ditulis mengikuti bentuk:
dimana :
Metode penyelesaian Single, First Order ODE ada 3 yaitu:
a.                   Metode Euler (Explicit)
b.                  Metode Runge Kutta
c.                   Metode Euler Modifikasi (Implisit)
a.         Metode Euler (Explicit)
Metode Explisit Euler disebut juga metoda integrasi nilai awal, dimana kondisi awal  digunakan untuk menghitung slope y (x) pada saat x = x0
kemudian diasumsikan bahwa slope  tetap konstan untuk jarak yang kecil
∆x, maka nilai y(x0 +∆x) adalah

Rekursi umum hubungan metode Explicit Euler adalah
atau
 ...................................................(2.1)


Gambar 7.1 Algoritma metode Explicit Euler

Example 7.1
Hitung nilai y pada x = 1 dengan metode Euler jika persamaannya
dimana y = 1 pada saat x = 0
Solusi
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk dy/dx = f(x,y)
maka
 
Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk explicit euler
yi+1 = yi + ∆x f (xi , yi)
maka
yi+1 = yi + ∆x xi2yi

Langkah 3. Pilih ∆x yang tepat lalu selesaikan
Asumsi  ∆x= 0.1, ∆x= 0.05, ∆x= 0.02, ∆x= 0.01   xo = 0, yo = 1
Perbandingan nilai analitis dengan metode Euler:

Tabel 7.1 Data Metode Explit Euler Menggunakan Excel
X
∆x
Nilai Analisis
0,1
0,05
0,02
0,01
0
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
0,1
1,0000
1,0001
1,0002
1,0003
1,0003
0,2
1,0010
1,0018
1,0023
1,0025
1,0027
0,3
1,0050
1,0069
1,0081
1,0086
1,0090
0,4
1,0140
1,0176
1,0199
1,0207
1,0216
0,5
1,0303
1,0361
1,0400
1,0412
1,0425
0,6
1,0560
1,0650
1,0707
1,0727
1,0747
0,7
1,0940
1,1070
1,1154
1,1182
1,1211
0,8
1,1476
1,1661
1,1718
1,1819
1,1861
0,9
1,2211
1,2468
1,2635
1,2692
1,2751
1,0
1,3200
1,3559
1,3792
1,3873
1,3956

∆x
y (x=1)
0,1
1,3200
0,05
1,3559
0,02
1,3792
0,01
1,3873













Nilai Analisis
 


 
Gambar 7.2 Perbandingan nilai analitis dengan nilai yang didapat dengan metode Euler

Example 7.2
Diketahui persamaan differensial berikut:
 + xy =1
Maka :
y'=1 xy  atau  f (x, y) =1 xy











Bila ditentukan nilai awalnya adalah (0,0) dan h=0.1 maka diperole

Tabel 7.2 Data Metode Explit Euler Menggunakan Excel
n

X
y
0

0.00
0.0000
1

0.10
0.1000
2

0.20
0.1990
3

0.30
0.2950
4

0.40
0.3862
5

0.50
0.4707
6

0.60
0.5472
7

0.70
0.6144
8

0.80
0.6714
9

0.90
0.7176
10

1.00
0.7531







0.5000






0.4000






0.3000






0.2000






0.1000






0.0000






0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20













      Gambar 7.3 Slope yang didapat dengan metode Euler



b.      Metode Runge Kutta
          Metode Runge Kutta menyediakan pendekatan orde tinggi untuk integrasi explicit dari Persamaan Differesial Biasa (PDB) yang telah diketahui nilai awalnya (initial value). Sehingga, metode ini sangat luas penggunaanya untuk menyelesaikan integrasi PDB secara numerik. Seperti metode Euler, PDB diasumsikan memiliki bentuk umum sebagai berikut
......................................................(2.2)
          Metode Runge Kutta didasari oleh perluasan deret Taylor dari fungsi y(x) sebagai berikut
.........................(2.3)
Sebagai tambahan, ∆y diasumsikan memiliki bentuk sebagai berikut :
.................................(2.4)
dimana
.......................................(2.5)
konfigurasi ini dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan pendekatan slope y terhadap ∆x yang lebih baik. Dengan menuliskan perluasan deret Taylor untuk k1, k2, k3, dan k4 kemudian mensubtitusikannya ke persamaan (2.3), akan diperoleh persamaan yang bentuknya mirip dengan persamaan (2.2). Kemudian, dengan menyamakan koefisien yang variabelnya sama dan mengasumsikan nilai untuk n, m, dan p, maka nilai a, b, c, dan d dapat ditentukan.
            Berikut ini adalah persamaan umum Runge Kutta (n= ½, m=1/2, dan p= 1)
............................(2.6)
dimana :
                                   
                                    )
                                    )
                                    )

Gambar 7.1 Algoritma metode Runge Kutta

Example 7.3
Diketahui persamaan differensial sebagai berikut:
Dimana y = 1, pada x = 0. Tentukan nilai y pada saat x = 1 dengan metode Runge Kutta.
Solusi
Langkah 1. Ubah persamaan ke bentuk dy/dx = f(x,y)
Langkah 2. Ubah persamaan tersebut ke bentuk Runge Kutta
                                    )
                                    )
                                    )
maka
                                                                                                                                                                                   +0.0025x0.1) = 0.01
Langkah 3. Tentukan nilai yi+1 dengan persamaan
Langkah 4. Pilih nilai ∆x yang tepat, lalu selesaikan
Untuk ∆x = 1

Tabel 7.3 Data Metode Runge Kutta Menggunakan Excel
I
X
Y
k1
k2
k3
k4
0
0
1
0
0,0025
0,0025
0,010003
1
0,1
1,000333
0,010003
0,022519
0,022533
0,040103
2
0,2
1,00267
0,040107
0,062792
0,062863
0,090806
3
0,3
1,009041
0,090814
0,124164
0,124368
0,163436
4
0,4
1,021563
0,16345
0,208521
0,208978
0,260615
5
0,5
1,042547
0,260637
0,319313
0,3202
0,386844
6
0,6
1,074655
0,386876
0,462215
0,463806
0,549308
7
0,7
1,121126
0,549352
0,646084
0,648804
0,759044
8
0,8
1,186095
0,759101
0,884376
0,888902
1,032738
9
0,9
1,275069
1,032806
1,197355
1,20478
1,395547
10
1
1,395612
1,395612
1,615596
1,627722
1,885645

Jadi nilai y pada saat x=1 adalah 1,395612.
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara y dengan x sebagai berikut :
Gambar 7.4 Hubungan konsentrasi A (nA) dengan waktu (t)

7.3.2 Systems of Coupled First Order ODE
Persamaan untuk IVP Systems of Coupled First Order ODE bisa ditulis mengikuti bentuk:
          Permasalahan yang lebih umum akan menjadi salah satu di mana f1 dan f2 juga fungsi dari variabel independen, x; yaitu
          Metode penyelesaian Systems of Coupled First Order ODE ada 3 yaitu:
a.                   Metode Euler (Explicit)
b.                  Metode Runge Kutta
c.                   Metode Trapezoidal

a.                  Metode Explicit Euler
Metode Explicit Euler disajikan pada bagian terakhir dapat langsung diperpanjang untuk solusi sistem n-coupled first order ODE’s. Hal ini karena masing-masing dyi/dx bergantung secara umum pada semua nilai yi, masing-masing fi(x,y) dihitung sebelum nilai baru yi dihitung. Oleh karena itu, algoritma ini
.
......................................(2.8)
dimana yi = (y1,j, y2,j, ..., yn,j). Sebagai contoh, yi,j adalah nilai yi pada ke-j nilai x (yaitu bila kondisi awal yang ditentukan saat x=0, maka j-ke nilai x akan menjadi jΔx).
            Karena metode ini didasarkan pada metode Euler Explicit, ini adalah metode orde pertama. Bergantung variabel (yi) yang paling cepat berubah biasanya menentukan apakah metode ini akan stabil untuk ukuran langkah yang diberikan. Untuk contoh pengantar untuk bagian ini, konsentrasi berubah dengan cepat dengan waktu, kemudian akan menentukan ukuran langkah yang diperlukan untuk stabilitas.
Example 7.4
Diketahui persamaan differensial sebagai berikut:
Dimana CA awal = 1 dan T awal = 300 K, tentukan konsentrasi dan temperatur setelah 100 sekon hingga tiga angka penting jika
Solusi
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk
maka   
Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk Explicit Euler


maka
dimana T0=300 K dan CA0=1 gmol/liter
Langkah 3. Pilih Δt yang tepat untuk menyelesaikan persamaan differensial di atas
Untuk Δt = 0,02





Tabel 7.4 Data Metode Runge Kutta Menggunakan Excel
I
T
NA
T
0
1
2
.
.
.
2500
.
.
.
5000
0
0,02
0,04
.
.
.
50
.
.
.
100
1
0,999264
0,998529
.
.
.
0,153627
.
.
.
0,023062
300
300,007358
300,01471
.
.
.
308,463728
.
.
.
309,769376
Jadi, konsentrasi A (CA) dan temperatur (T) setelah t=100 sekon adalah CA=0,023062 gmol/liter dan T=309,769376 K

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara CA dan T terhadap t
Gambar 7.5 Hubungan antara konsentrasi A (CA) dan Temperature (T) terhadap waktu (t)

b.                  Metode Runge Kutta
Dalam cara yang mirip dengan pengembangan metode Euler Explicit, metode Runge Kutta dapat diterapkan langsung ke solusi dari a set of coupled first order ODE’s. Mempertimbangkan urutan metode Runge Kutta keempat disajikan dalam bagian terakhir. Nilai-nilai k1 ditentukan untuk masing-masing bergantung variabel dan kemudian nilai ini digunakan untuk menghitung nilai-nilai k2, dan sebagainya. Kemudian hubungan rekursi untuk metode Runge Kutta urutan keempat diberikan sebagai
  ................(2.9)
dimana y,i,j adalah nilai i-ke bergantung variabel setelah langkah-langkah j dalam x dan
  ..................(2.10)
Metode ini adalah metode urutan keempat. Perilaku stabilitas metode ini akan serupa dengan yang dari metode Euler Explicit.
Integrator Explicit dapat dengan mudah dimodifikasi untuk menyesuaikan ukuran langkah x selama proses integrasi. Sebagai contoh, Δx dapat dipilih sedemikian rupa sehingga perubahan relatif maksimal dalam setiap variabel adalah P persen. Dengan cara ini, ketika variabel-variabel bergantung yang berubah dengan cepat, ukuran langkah kecil dapat digunakan, dan ketika mereka berubah lebih cepat, langkah-langkah lebih besar dapat diambil.
                                                                   i=1,2,...,n       
Prosedur ini harus menghasilkan proses integrasi yang lebih efisien. Selain itu, P biasanya harus antara 1 dan 20%, sehingga memeriksa keakuratan ditentukan lebih langsung.
Example 7.5
Persamaan differensial sebagai berikut:
   
dimana y1=y2=y3=1 dan x=0.
            Tentukan y1, y2, y3 pada x=0,3 menggunakan 4 urutan langkah metode Runge Kutta dengan Δx=0,1.

Solusi
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut ke persamaan
maka
   
Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk Runge Kutta
maka



Langkah 3. Tentukan nilai yi+1 dengan persamaan
maka
Langkah 4. Pilih Δx yang tepat lalu selesaikan persamaan differensial tersebut
Δx=0,1



x
y1
y2
y3
dy1/dx
dy2/dx
dy3/dx
k1,1
k1,2
k1,3
k2,1
k2,2
k2,3
k3,1
k3,2
k3,3
k4,1
k4,2
k4,3
0
1
1
1
0
3
0
0
3
0
0,0575
3,325
0,165
0,058
3,385
0,1678
0,1324
3,8471
0,373
0,1
1,0061
1,3378
1,0173
0,1323
3,8467
0,373
0,1323
3,8467
0,373
0,2244
4,4625
0,6276
0,2271
4,5935
0,6437
0,3418
5,4981
0,9811
0,2
1,029
1,7954
1,0823
0,3414
5,4936
0,9808
0,3414
5,4936
0,9808
0,4785
6,7218
1,4227
0,4865
7,0447
1,4793
0,657
9,0141
2,1285
0,3
1,0778
2,4961
1,2308
0,6557
8,997
2,1267
0,6557
8,997
2,1267
0,8564
11,822
3,0436
0,8755
12,822
3,2477
1,1322
18,213
4,8373

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara y dengan  x
Jadi  didapat nilai y1=1,0778, y2=2,4961, dan y3=1,2308 pada  x=0,3

7.4     Converting an nth Order ODE to a System of First Order ODE’s
Perhatikan ODE orde kedua dengan kondisi awal:
dimana y(x0) = a dan
 
karena kedua kondisi yang ditentukan untuk nilai x yang sama, masalahnya adalah sebuah IVP. Membuat substitusi berikut:
kemudian turunan differensial menjadi
kemudian kedua persamaan disusun kembali
dimana
z(x0) = b
y(x0) = a
sekarang orde kedua ODE telah diubah menjadi a set of two coupled first order ODE’s yang dapat terintegrasi dengan menggunakan salah satu metode yang dijelaskan sebelumnya.
Sekarang perhatikan masalah umum dari orde n-ke  ODE, IVP; yaitu





dimana
                               .                     x = x0.
dalam rangka untuk mengubah masalah ini menjadi a set of coupled first order ODE’s membuat, maka dibuat substitusi berikut:
.
maka selama kamu dapat secara exsplisit memecahkan
 dalam fungsi umum, masalah dapat diubah menjadi bentuk berikut
dimana
.
                                  .                      x = x0.
sekarang masalah telah dikonversi ke dalam a set of n coupled first order ODE’s membentuk suatu IVP.
Example 7.6
Ubah persamaan differensial orde 3 berikut ke Systems First Order ODE’s
dimana
                
Solusi
Persamaan nya dapat diubah menjadi:
gunakan substitusi:
sehingga menjadi
dengan
            
7.5       Rangkuman
1)                  Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. (A differential equation is any equation which contains derivatives, either ordinary derivatives or partial derivatives). Selanjutnya jika dalam persamaan tersebut turunan fungsi itu hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka disebut Persamaan Differensial Biasa (PDB) dan bila tergantung pada lebih dari satu variabel bebas disebut Persamaan Differensial Parsial (PDP).
2)                  Initial Value Problem (IVP) merupakan materi yang penting untuk dipelajari oleh mahasiswa teknik. Kelas terbesar IVP adalah masalah sementara yaitu, variabel-variabel dependen berubah terhadap waktu. Salah satu contoh permasalahan yang bisa diselesaikan dengan IVP dalam bidang teknik kimia adalah variasi konsentrasi sebagai hasil reaksi dalam reactor batch.
3)                  ODE (Ordinary Differential Equation) adalah sebuah persamaan differensial yang berisi turunan dari satu variabel independen, sementara itu PDE berisi turunan dari variabel independen yang lebih dari satu. Pada persamaan differensial biasa (ODE), hanya terdapat 1 variabel bebas.
4)                  Ada 3 metode penyelesaian persamaan differensial, Single, First Order ODE
a)                  Metode Euler (Explicit)
b)                  Metode Runge Kutta
dimana
                                   
                                    )
                                    )
                                    )

c)                  Metode Euler Modifikasi (Implisit)
5)                  Ada 3 metode penyelesaian persamaan differensial, Systems of Coupled First Order ODE
a)                  Metode Explicit Euler
.
.
.
b)                  Metode Runge Kutta
dimana y,i,j adalah nilai i-ke bergantung variabel setelah langkah-langkah j dalam x dan
c)                  Metode Trapezoidal
.
dimana
6)         Contoh :
 
a)         Gunakan metode Euler untuk menghitung nilai Y pada x = 1, jika :

           
dimana y = 1 pada x = 0
 
Solusi :
 
Step #1 = Diubah PDB ke bentuk
Maka     =

 
Step #2  =

Step #3  = Pilih Δx sembarang (tapi sesuai) lalu hitung nilai PDB teraebut dngan menggunakan excel, maka di dapatkan data table :
              Δx = 0,1
i
X
y
0
0
1
1
0.1
1.001
2
0.2
1.005004
3
0.3
1.014049
4
0.4
1.030274
5
0.5
1.056031
6
0.6
1.094048
7
0.7
1.147656
8
0.8
1.221106
9
0.9
1.320016
10
1
1.452017

 
b)         Diketahui Persamaan PDB :
           

dimana : y(0) = 1
cari nilai y pada t = 1,00 detik

 
Solusi :
Step #1 = Diubah PDB ke bentuk 

 
            Maka :

            Step #2 : Diubah PDB tersebut ke bentuk Euler :
yi+1 )


 
                       
           
Step #3 : Pilih Δx sembarang (tapi sesuai) lalu hitung nilai PDB teraebut dngan menggunakan excel, maka di dapatkan data table :
                        Δx = 0,1
i
t
y
k1
k2
k3
k4
0
0
1
0
-0.00125
-0.00125
-0.005
1
0.1
0.999833346
-0.005
-0.01125
-0.01124
-0.01997
2
0.2
0.998667553
-0.01997
-0.03118
-0.03116
-0.0448
3
0.3
0.995510107
-0.0448
-0.06084
-0.06079
-0.07915
4
0.4
0.989390017
-0.07915
-0.09978
-0.09967
-0.12243
5
0.5
0.979382177
-0.12242
-0.14721
-0.14702
-0.17364

DAFTAR PUSTAKA

http://elista.akprind.ac.id/upload/files/9637_BAB_IIOK.pdf
Riggs., B., J. 1988. An Introduction To Numerical Methods For Chemical Enggineers. Texas Tech University Press, Texas.

1 komentar:

  1. bolehkah minta file, karena beberapa simbol tidak terdeteksi di blog ini

    BalasHapus