|
(Single, First Order ODE and
Systems
of Coupled First Order ODE)

Oleh
:
Kelompok
7
Kelas
B
Bima Wandika Putra 1407123537
Dani
Sasmitra 1507113627
Ivan
Fadillah 1507117723
Septiani
Lestari 1507121574
PROGRAM
STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Metode Numerik merupakan mata kuliah wajib Semester IV pada program studi S1 Teknik Kimia dengan
beban 3 SKS. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat
menyelesaikan masalah matematis teknik kimia secara numerik.
Makalah Initial
Value Problems (Single, First Order ODE and Systems of
Coupled First Order ODE) ini
disusun untuk memenuhi nilai tugas pada semester IV mata kuliah Metode Numerik.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil studi pustaka dan diskusi kelompok.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai bahan pertimbangan
untuk penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan dan bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Riau.
Pekanbaru,
Mei 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KataPengantar
.......................................................................................................i
Daftar
Isi.................................................................................................................ii
Bab VI : Initial Value Problem (IVP)
7.1 ... Pendahuluan .................................................................................................. 1
7.2
Pengertian Initial Value Problem (IVP) ........................................................ 3
7.3 Jenis-jenis Initial
Value Problem (IVP) ......................................................... 3
7.3.1 Single, First Order ODE ...................................................................... 3
7.3.2 Systems of Coupled First Order
ODE................................................ 12
7.4 Converting an nth
Order ODE to a System of First Order ODE’s .............21
7.5 Rangkuman ..................................................................................................24
Daftar
Pustaka......................................................................................................31
BAB
VII
Initial
Value Problem (IVP)
(Single,
First Oerder ODE and Systems of Coupled First Order ODE)
7.1
Pendahuluan
Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan
fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel
bebas. (A differential equation is any
equation which contains derivatives, either ordinary derivatives or partial
derivatives). Selanjutnya jika dalam persamaan tersebut turunan fungsi itu
hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka disebut Persamaan Differensial Biasa (PDB) dan bila tergantung pada lebih
dari satu variabel bebas disebut Persamaan Differensial Parsial (PDP).
Contoh:
1.
(Persamaan
Differensial Parsial)

2.
(Persamaan
Differensial Biasa)

Order suatu persamaan
differensial biasa adalah
order tertinggi dari turunan dalam persamaan
. Contoh no.2 adalah persamaan differensial biasa order dua.
Persamaan differensial biasa
order n dikatakan linier bila dapat dinyatakan dalam bentuk;


dengan

1.
Jika
tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas dikatakan tidak linier.
2.
Jika
koefisien
konstan maka disebut persamaan differensial
linier dengan koefisien konstan, jika tidak disebut persamaan differensial
linier dengan koefisien variable.

3.
Jika
, maka disebut
persamaan differensial linier homogen, jika
disebut tidak homogen.


Persamaan differensial itu terbagi
berdasarkan :
1.
Berdasarkan
pangkat orde :
a.
Persamaan differensial
biasa orde satu


Persamaan differensial orde
satu merupakan bentuk persamaan differensial yang paling sederhana, karena
hanya melibatkan turunan pertama dari suatu fungsi yang tidak diketahui. Jika
dalam persamaan tersebut variabel bebas dan variabel tak bebasnya berada pada
sisi yang berbeda dari tanda persamaannya, maka disebut persamaan differensial
yang terpisah dan untuk menentukan penyelesaiannya tinggal diintegralkan. Jika
tidak demikian, maka disebut persamaan differensial tak terpisah. Suatu
persamaan differensial orde satu yang tak terpisah biasanya dapat dengan mudah
dijadikan persamaan differensial terpisah melalui penggantian (substitusi) dari
salah satu variabelnya.
b.
Persamaan differensial
biasa orde dua


c.
Persamaan differensial
biasa orde tiga


2.
Berdasarkan kondisi batas:
a.
IVP (Initial Value
Problems), bila nilai variabel tak bebas atau turunannya diketahui pada
kondisi nilai mula-mula.
b.
BVP (Boundary
Value Problems), bila nilai variabel tak bebas atau turunannya diketahui
lebih dari satu nilai variabel bebasnya.
7.2 Pengertian Initial
Value Problem
(IVP)
Initial Value Problem
(IVP)
merupakan
materi yang penting untuk dipelajari oleh mahasiswa teknik.
Kelas
terbesar
IVP
adalah
masalah
sementara
yaitu, variabel-variabel dependen
berubah terhadap waktu.
Salah satu contoh permasalahan yang bisa
diselesaikan dengan IVP dalam bidang teknik kimia adalah variasi
konsentrasi
sebagai
hasil
reaksi dalam
reactor batch.
ODE
(Ordinary Differential Equation)
adalah sebuah
persamaan differensial
yang berisi
turunan dari satu
variabel independen,
sementara itu
PDE
berisi turunan dari variabel independen
yang lebih dari satu. Pada persamaan differensial biasa
(ODE), hanya terdapat 1 variabel bebas.
Penyelesaian persamaan differensial
biasa (ODE) dapat dilakukan dengan 4 metode yaitu :
·
Metode Euler (Explicit)
·
Metode Runge Kutta
·
Metode Euler Modifikasi (Implisit)
·
Metode Trapezoidal
Uraian berikut ini hanya membahas tentang penyelesaian IVP dengan metode
Euler (explicit) dan metode Runge Kutta.
7.3 Jenis-jenis
Initial Value Problem (IVP)
Adapun jenis dari
Initial
Value Problem (IVP),
yaitu :
7.3.1 Single,
First Order ODE
Persamaan untuk IVP Single,
First Order ODE bisa ditulis mengikuti bentuk:



Metode penyelesaian Single, First Order ODE ada 3 yaitu:
a.
Metode Euler (Explicit)
b.
Metode Runge Kutta
c.
Metode Euler Modifikasi (Implisit)
a. Metode Euler (Explicit)
Metode Explisit
Euler disebut juga metoda integrasi nilai awal, dimana kondisi awal
digunakan untuk menghitung slope y (x) pada
saat x = x0


kemudian diasumsikan
bahwa slope
tetap konstan
untuk jarak yang kecil
∆x, maka nilai y(x0 +∆x) adalah

∆x, maka nilai y(x0 +∆x) adalah

Rekursi umum hubungan metode Explicit Euler adalah




Gambar 7.1 Algoritma
metode Explicit Euler
Example 7.1
Hitung nilai y pada x = 1 dengan metode
Euler jika persamaannya

dimana
y = 1 pada saat x = 0
Solusi
Langkah
1. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk dy/dx = f(x,y)
maka

Langkah
2. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk explicit euler
yi+1 = yi + ∆x
f (xi , yi)
maka
yi+1 = yi + ∆x
xi2yi
Langkah 3. Pilih ∆x yang tepat
lalu selesaikan
Asumsi ∆x=
0.1, ∆x= 0.05, ∆x= 0.02, ∆x= 0.01 xo
= 0, yo = 1
Perbandingan nilai analitis dengan metode Euler:
Tabel 7.1 Data Metode Explit Euler Menggunakan Excel
X
|
∆x
|
Nilai Analisis
|
|||
0,1
|
0,05
|
0,02
|
0,01
|
||
0
|
1,0000
|
1,0000
|
1,0000
|
1,0000
|
1,0000
|
0,1
|
1,0000
|
1,0001
|
1,0002
|
1,0003
|
1,0003
|
0,2
|
1,0010
|
1,0018
|
1,0023
|
1,0025
|
1,0027
|
0,3
|
1,0050
|
1,0069
|
1,0081
|
1,0086
|
1,0090
|
0,4
|
1,0140
|
1,0176
|
1,0199
|
1,0207
|
1,0216
|
0,5
|
1,0303
|
1,0361
|
1,0400
|
1,0412
|
1,0425
|
0,6
|
1,0560
|
1,0650
|
1,0707
|
1,0727
|
1,0747
|
0,7
|
1,0940
|
1,1070
|
1,1154
|
1,1182
|
1,1211
|
0,8
|
1,1476
|
1,1661
|
1,1718
|
1,1819
|
1,1861
|
0,9
|
1,2211
|
1,2468
|
1,2635
|
1,2692
|
1,2751
|
1,0
|
1,3200
|
1,3559
|
1,3792
|
1,3873
|
1,3956
|
∆x
|
y (x=1)
|
0,1
|
1,3200
|
0,05
|
1,3559
|
0,02
|
1,3792
|
0,01
|
1,3873
|
|
||||
![]() |
||||

Gambar 7.2 Perbandingan nilai analitis
dengan nilai yang didapat dengan metode Euler
Example 7.2
Diketahui
persamaan differensial berikut:


y'=1
− xy atau f (x, y) =1 –
xy
Bila
ditentukan nilai awalnya adalah (0,0) dan h=0.1 maka diperole
Tabel 7.2
Data Metode Explit Euler Menggunakan Excel
n
|
|
X
|
y
|
0
|
|
0.00
|
0.0000
|
1
|
|
0.10
|
0.1000
|
2
|
|
0.20
|
0.1990
|
3
|
|
0.30
|
0.2950
|
4
|
|
0.40
|
0.3862
|
5
|
|
0.50
|
0.4707
|
6
|
|
0.60
|
0.5472
|
7
|
|
0.70
|
0.6144
|
8
|
|
0.80
|
0.6714
|
9
|
|
0.90
|
0.7176
|
10
|
|
1.00
|
0.7531
|
![]() |
|
|
|
|
|
|||||||
0.5000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.4000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.3000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.2000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.1000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
||||||
0.00
|
0.20
|
0.40
|
0.60
|
0.80
|
1.00
|
1.20
|
||||||
Gambar 7.3 Slope yang didapat dengan
metode Euler






















b. Metode Runge Kutta
Metode
Runge Kutta menyediakan pendekatan orde tinggi untuk integrasi explicit dari
Persamaan Differesial Biasa (PDB) yang telah diketahui nilai awalnya (initial value). Sehingga, metode ini
sangat luas penggunaanya untuk menyelesaikan integrasi PDB secara numerik.
Seperti metode Euler, PDB diasumsikan memiliki bentuk umum sebagai berikut

Metode Runge Kutta didasari oleh perluasan deret Taylor
dari fungsi y(x) sebagai berikut

Sebagai tambahan, ∆y diasumsikan
memiliki bentuk sebagai berikut :

dimana




konfigurasi
ini dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan pendekatan slope y terhadap ∆x yang lebih baik. Dengan menuliskan perluasan
deret Taylor untuk k1, k2, k3, dan
k4 kemudian mensubtitusikannya ke persamaan (2.3), akan diperoleh
persamaan yang bentuknya mirip dengan persamaan (2.2). Kemudian, dengan
menyamakan koefisien yang variabelnya sama dan mengasumsikan nilai untuk n, m,
dan p, maka nilai a, b, c, dan d dapat ditentukan.
Berikut
ini adalah persamaan umum Runge Kutta
(n= ½, m=1/2, dan p= 1)

dimana :





Gambar 7.1 Algoritma
metode Runge Kutta
Example 7.3
Diketahui
persamaan differensial sebagai berikut:

Dimana
y = 1, pada x = 0. Tentukan nilai y pada saat x = 1 dengan metode Runge Kutta.
Solusi
Langkah
1. Ubah persamaan ke bentuk dy/dx = f(x,y)

Langkah
2. Ubah persamaan tersebut ke bentuk Runge
Kutta




maka




Langkah
3. Tentukan nilai yi+1 dengan persamaan

Langkah
4. Pilih nilai ∆x yang tepat, lalu selesaikan
Untuk
∆x = 1
Tabel 7.3
Data Metode Runge Kutta Menggunakan Excel
I
|
X
|
Y
|
k1
|
k2
|
k3
|
k4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0,0025
|
0,0025
|
0,010003
|
1
|
0,1
|
1,000333
|
0,010003
|
0,022519
|
0,022533
|
0,040103
|
2
|
0,2
|
1,00267
|
0,040107
|
0,062792
|
0,062863
|
0,090806
|
3
|
0,3
|
1,009041
|
0,090814
|
0,124164
|
0,124368
|
0,163436
|
4
|
0,4
|
1,021563
|
0,16345
|
0,208521
|
0,208978
|
0,260615
|
5
|
0,5
|
1,042547
|
0,260637
|
0,319313
|
0,3202
|
0,386844
|
6
|
0,6
|
1,074655
|
0,386876
|
0,462215
|
0,463806
|
0,549308
|
7
|
0,7
|
1,121126
|
0,549352
|
0,646084
|
0,648804
|
0,759044
|
8
|
0,8
|
1,186095
|
0,759101
|
0,884376
|
0,888902
|
1,032738
|
9
|
0,9
|
1,275069
|
1,032806
|
1,197355
|
1,20478
|
1,395547
|
10
|
1
|
1,395612
|
1,395612
|
1,615596
|
1,627722
|
1,885645
|
Jadi nilai y pada saat x=1 adalah
1,395612.
Berdasarkan
tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara y dengan x sebagai berikut :

Gambar 7.4 Hubungan konsentrasi A (nA)
dengan waktu (t)
7.3.2 Systems of Coupled First Order ODE
Persamaan untuk IVP Systems of Coupled First Order
ODE bisa ditulis mengikuti bentuk:


Permasalahan
yang lebih umum akan menjadi salah satu di
mana f1
dan f2 juga fungsi dari
variabel independen, x; yaitu


Metode penyelesaian Systems of Coupled First Order ODE ada 3
yaitu:
a.
Metode Euler (Explicit)
b.
Metode Runge Kutta
c.
Metode Trapezoidal
a.
Metode
Explicit Euler
Metode Explicit Euler disajikan
pada bagian terakhir dapat langsung diperpanjang untuk solusi sistem n-coupled first order ODE’s. Hal ini karena masing-masing dyi/dx bergantung secara umum pada semua nilai yi,
masing-masing fi(x,y) dihitung sebelum nilai baru yi dihitung. Oleh
karena itu, algoritma ini




dimana yi = (y1,j,
y2,j, ..., yn,j). Sebagai contoh, yi,j adalah
nilai yi pada ke-j nilai x (yaitu bila kondisi awal yang ditentukan
saat x=0, maka j-ke nilai x akan menjadi jΔx).
Karena
metode ini
didasarkan
pada metode
Euler
Explicit,
ini adalah metode
orde pertama.
Bergantung variabel (yi)
yang paling cepat berubah
biasanya menentukan
apakah metode ini
akan stabil
untuk ukuran
langkah yang diberikan.
Untuk contoh
pengantar
untuk bagian ini,
konsentrasi
berubah dengan cepat
dengan waktu,
kemudian akan
menentukan
ukuran langkah
yang diperlukan
untuk stabilitas.
Example 7.4
Diketahui
persamaan differensial sebagai berikut:


Dimana CA awal = 1 dan T awal
= 300 K, tentukan konsentrasi dan temperatur setelah 100 sekon hingga tiga
angka penting jika



Solusi
Langkah 1. Ubah
persamaan differensial tersebut ke bentuk

maka

Langkah 2. Ubah
persamaan differensial tersebut ke bentuk Explicit Euler

maka


dimana T0=300 K dan CA0=1
gmol/liter
Langkah 3. Pilih Δt yang tepat
untuk menyelesaikan persamaan differensial di atas
Untuk Δt = 0,02
Tabel 7.4
Data Metode Runge Kutta Menggunakan Excel
I
|
T
|
NA
|
T
|
0
1
2
.
.
.
2500
.
.
.
5000
|
0
0,02
0,04
.
.
.
50
.
.
.
100
|
1
0,999264
0,998529
.
.
.
0,153627
.
.
.
0,023062
|
300
300,007358
300,01471
.
.
.
308,463728
.
.
.
309,769376
|
Jadi, konsentrasi A (CA) dan
temperatur (T) setelah t=100 sekon adalah CA=0,023062 gmol/liter dan T=309,769376 K



Gambar 7.5 Hubungan antara konsentrasi
A (CA) dan Temperature (T)
terhadap waktu (t)
b.
Metode Runge Kutta
Dalam
cara yang mirip dengan pengembangan metode Euler Explicit, metode Runge Kutta dapat diterapkan langsung ke
solusi dari a set of coupled first order
ODE’s. Mempertimbangkan urutan metode Runge
Kutta keempat disajikan dalam bagian terakhir. Nilai-nilai k1
ditentukan untuk masing-masing bergantung variabel dan kemudian nilai ini
digunakan untuk menghitung nilai-nilai k2, dan sebagainya. Kemudian
hubungan rekursi untuk metode Runge Kutta
urutan keempat diberikan sebagai


dimana
y,i,j adalah nilai i-ke bergantung variabel setelah langkah-langkah
j dalam x dan





Metode
ini adalah metode urutan keempat. Perilaku stabilitas metode ini akan serupa
dengan yang dari metode Euler Explicit.


Prosedur
ini harus menghasilkan proses integrasi yang lebih efisien. Selain itu, P
biasanya harus antara 1 dan 20%, sehingga memeriksa keakuratan ditentukan lebih
langsung.
Example 7.5
Persamaan differensial
sebagai berikut:



dimana y1=y2=y3=1
dan x=0.
Tentukan
y1, y2, y3 pada x=0,3 menggunakan 4 urutan
langkah metode Runge Kutta dengan Δx=0,1.
Solusi
Langkah 1. Ubah persamaan differensial
tersebut ke persamaan

maka



Langkah 2. Ubah persamaan differensial
tersebut ke bentuk Runge Kutta




maka












Langkah 3. Tentukan nilai yi+1
dengan persamaan

maka



Langkah
4. Pilih Δx
yang tepat lalu selesaikan persamaan differensial tersebut
Δx=0,1
x
|
y1
|
y2
|
y3
|
dy1/dx
|
dy2/dx
|
dy3/dx
|
k1,1
|
k1,2
|
k1,3
|
k2,1
|
k2,2
|
k2,3
|
k3,1
|
k3,2
|
k3,3
|
k4,1
|
k4,2
|
k4,3
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
3
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0,0575
|
3,325
|
0,165
|
0,058
|
3,385
|
0,1678
|
0,1324
|
3,8471
|
0,373
|
0,1
|
1,0061
|
1,3378
|
1,0173
|
0,1323
|
3,8467
|
0,373
|
0,1323
|
3,8467
|
0,373
|
0,2244
|
4,4625
|
0,6276
|
0,2271
|
4,5935
|
0,6437
|
0,3418
|
5,4981
|
0,9811
|
0,2
|
1,029
|
1,7954
|
1,0823
|
0,3414
|
5,4936
|
0,9808
|
0,3414
|
5,4936
|
0,9808
|
0,4785
|
6,7218
|
1,4227
|
0,4865
|
7,0447
|
1,4793
|
0,657
|
9,0141
|
2,1285
|
0,3
|
1,0778
|
2,4961
|
1,2308
|
0,6557
|
8,997
|
2,1267
|
0,6557
|
8,997
|
2,1267
|
0,8564
|
11,822
|
3,0436
|
0,8755
|
12,822
|
3,2477
|
1,1322
|
18,213
|
4,8373
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara y dengan x

Jadi didapat nilai y1=1,0778, y2=2,4961, dan y3=1,2308 pada x=0,3
7.4 Converting an nth Order ODE to a System of First Order ODE’s
Perhatikan
ODE
orde kedua dengan
kondisi awal:

dimana y(x0)
= a dan

karena
kedua kondisi
yang ditentukan
untuk nilai x yang sama,
masalahnya adalah
sebuah
IVP.
Membuat
substitusi
berikut:

kemudian turunan
differensial menjadi

kemudian
kedua persamaan disusun kembali


dimana
z(x0)
= b
y(x0)
= a
sekarang
orde kedua
ODE
telah diubah menjadi
a set of
two coupled first order ODE’s yang
dapat terintegrasi
dengan menggunakan salah
satu metode yang dijelaskan
sebelumnya.
Sekarang perhatikan
masalah
umum dari
orde n-ke
ODE,
IVP;
yaitu




. x = x0.


dalam rangka
untuk mengubah
masalah ini
menjadi a
set of coupled first order ODE’s
membuat,
maka dibuat substitusi
berikut:



maka selama
kamu
dapat secara exsplisit
memecahkan
dalam
fungsi umum,
masalah
dapat diubah menjadi
bentuk berikut





dimana



.
. x = x0.


sekarang masalah
telah dikonversi
ke dalam a set of n coupled first order ODE’s
membentuk
suatu
IVP.
Example 7.6
Ubah persamaan
differensial orde 3 berikut ke Systems First Order ODE’s

dimana





Solusi
Persamaan nya dapat diubah menjadi:
Persamaan nya dapat diubah menjadi:

gunakan
substitusi:



sehingga menjadi

dengan





7.5 Rangkuman
1)
Persamaan
differensial adalah suatu persamaan yang meliputi turunan
fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel
bebas. (A differential equation is any
equation which contains derivatives, either ordinary derivatives or partial
derivatives). Selanjutnya jika dalam persamaan tersebut turunan fungsi itu
hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka disebut Persamaan Differensial Biasa (PDB) dan bila tergantung pada lebih
dari satu variabel bebas disebut Persamaan Differensial Parsial (PDP).
2)
Initial
Value Problem (IVP)
merupakan
materi yang penting untuk dipelajari oleh mahasiswa teknik.
Kelas
terbesar
IVP
adalah
masalah
sementara
yaitu, variabel-variabel dependen
berubah terhadap waktu.
Salah satu contoh permasalahan yang bisa
diselesaikan dengan IVP dalam bidang teknik kimia adalah variasi
konsentrasi
sebagai
hasil
reaksi dalam
reactor batch.
3)
ODE (Ordinary Differential Equation)
adalah sebuah
persamaan differensial
yang berisi
turunan dari satu
variabel independen,
sementara itu
PDE
berisi turunan dari variabel independen
yang lebih dari satu. Pada persamaan differensial biasa
(ODE), hanya terdapat 1 variabel bebas.
4)
Ada 3 metode
penyelesaian persamaan differensial, Single, First Order ODE
a)
Metode Euler (Explicit)

b)
Metode Runge Kutta

dimana




c)
Metode Euler Modifikasi (Implisit)

5)
Ada 3 metode
penyelesaian persamaan differensial, Systems of Coupled First Order ODE
a)
Metode Explicit Euler


.
.
.

b)
Metode Runge Kutta

dimana
y,i,j adalah nilai i-ke bergantung variabel setelah langkah-langkah
j dalam x dan




c)
Metode Trapezoidal


.

dimana

6) Contoh :
|
dimana y
= 1 pada x = 0
|
|
Maka =
|
Step #3 = Pilih Δx sembarang (tapi
sesuai) lalu hitung nilai PDB teraebut dngan menggunakan excel, maka di
dapatkan data table :
Δx = 0,1
i
|
X
|
y
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0.1
|
1.001
|
2
|
0.2
|
1.005004
|
3
|
0.3
|
1.014049
|
4
|
0.4
|
1.030274
|
5
|
0.5
|
1.056031
|
6
|
0.6
|
1.094048
|
7
|
0.7
|
1.147656
|
8
|
0.8
|
1.221106
|
9
|
0.9
|
1.320016
|
10
|
1
|
1.452017
|
|
dimana : y(0) = 1
cari nilai y pada t = 1,00 detik
|
Step #1 = Diubah PDB ke bentuk
|
Step #2 : Diubah PDB tersebut ke bentuk Euler :
|
Step #3 : Pilih Δx sembarang (tapi sesuai) lalu hitung nilai PDB
teraebut dngan menggunakan excel, maka di dapatkan data table :
Δx
= 0,1
i
|
t
|
y
|
k1
|
k2
|
k3
|
k4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
-0.00125
|
-0.00125
|
-0.005
|
1
|
0.1
|
0.999833346
|
-0.005
|
-0.01125
|
-0.01124
|
-0.01997
|
2
|
0.2
|
0.998667553
|
-0.01997
|
-0.03118
|
-0.03116
|
-0.0448
|
3
|
0.3
|
0.995510107
|
-0.0448
|
-0.06084
|
-0.06079
|
-0.07915
|
4
|
0.4
|
0.989390017
|
-0.07915
|
-0.09978
|
-0.09967
|
-0.12243
|
5
|
0.5
|
0.979382177
|
-0.12242
|
-0.14721
|
-0.14702
|
-0.17364
|
DAFTAR
PUSTAKA
http://elista.akprind.ac.id/upload/files/9637_BAB_IIOK.pdf
Riggs., B., J.
1988. An Introduction To Numerical
Methods For Chemical Enggineers. Texas Tech University Press, Texas.
bolehkah minta file, karena beberapa simbol tidak terdeteksi di blog ini
BalasHapus