Tugas Kelompok Metode
Numerik
PERSAMAAN
DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)

Oleh :
Kelompok 8
Kelas B
Rahmat
Setiawan 1407111947
Doni
Ari Dirgantara 1507113655
Dina
Citra Naomi 1507121840
Riski
Sandi Harahap 1507117759
Yuli
Piana Dewi 1507112359
PROGRAM
SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Metode Numerik merupakan mata kuliah wajib Semester VI pada program studi S1 Teknik Kimia dengan
beban 3 SKS. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat
menyelesaikan masalah matematis teknik kimia secara numerik.Makalah PERSAMAAN
DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)
ini
disusun untuk memenuhi nilai tugas pada semester VI mata kuliah Metode Numerik.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil studi pustaka dan diskusi kelompok.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai bahan pertimbangan
untuk penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan dan bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Riau.
Pekanbaru, juni
2017
Penulis
8.1
Persamaan Diferensial Parsial
Persamaan
yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang diketahui)
dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial parsial.
Persamaan
diferensial parsial memegang peranan penting di dalam penggambaran keadaan
fisis, di mana besaran-besaran yang terlibat di dalamnya berubah terhadap ruang
dan waktu. Di dalam pembahasan tentang persamaan diferensial biasa, variabel
bebas yang terlibat dalam masalah hanya satu, sedangkan untuk persamaan
diferensial parsial variabel bebas berjumlah lebih dari satu.
Ordo
turunan tertinggi dinamakan ordo persamaan tersebut. Baik persamaan diferensial
biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier atau taklinier. Sebuah
persamaan diferensial disebut linier apabila persamaan itu berderajat satu
dalam peubah biasanya dan turunan parsialnya. (hasil kali tidak dibolehkan).
Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah taklinier. Jika
setiap suku persamaan demikian ini mengandung peubah tak bebasnya atau salah
satu dari turunannya, maka persamaan itu dikatakan homogeny dan bila tidak
dikatakan tidak homogen,bentuk umum dari persamaan differensial parsial ini
adalah:

Orde dari
persamaan diferensial parsial ini adalah turunan tertinggi muncul pada
persamaan diferensial parsial tersebut.
1. Persamaan differensial orde 1

2. Persamaan differensial orde 2

3. Persamaan differensial orde 3

Selanjutnya,
persamaan diferensial parsial juga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu persamaan
diferensial eliptik, parabolik, dan hiperbolik. Misal, diberikan suatu
persamaan diferensial parsial orde dua dalam variable ruang x dan waktu t,

di mana A, B dan C merupakan
fungsi dari x dan t, sedangkan D adalah fungsi dari u dan
derivative
dan
,serta x dan t. Yang membedakan atas tiga kelas persamaan
differensial parsial tersebut pada nilai diskriminan B2-4AC pada
persamaan (2.5)


1. Persamaan differensial parsial
dikatakan persamaan hiperbolik jika nilai diskriminan B2-4AC >0
Salah satu contoh persamaan
hiperbolik adalah pada persamaan gelombang


2.
Persamaan diferensial parsial dikatakan persamaan parabolik jika nilai diskriminan B2-4AC =0, Salah
satu contoh persamaan parabolik adalah pada persamaan difusi dalam bentuk

3. Persamaan
diferensial parsial dikatakan persamaan
eliptik jika nilai diskriminan B2-4AC < 0, Salah satu
contoh persamaan eliptik adalah pada persamaan Laplace dalam bentuk

Berdasarkan
Kondisi batas:
1. IVP (initial value problem). Bila nilai
variable tak bebas atau turunannya diketahui pada kondisi mula mula
2. BVP (Boundary value problem), bila nilai
variable tak bebas atau turunannya diketahui lebih dari satu nilai variable bebasnya.
8.1.1
Aplikasi
Persamaan differensial parsial dalam teknik kimia
A.
Persamaan Difusi
Misalkan sebuah
tabung atau pipa berisi cairan yang tidak bergerak dan sebuah substansi kimia
yang berdifusi di dalam cairan. Substansi kimia tersebut bergerak dari daerah
yang memiliki konsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi lebih
rendah. Kecepatan gerak dari substansi kimia tersebut proporsional terhadap
gradien konsentrasi. Misal u(x,t)
adalah konsentrasi (massa per satuan panjang) dari substansi kimia tersebut
pada posisi-x dari pipa pada saat-t. pada bagian pipa 0 sampai 1(lihat
gambar 1) massa dari substansi kimia tersebut adalah:
M(t) =
=



Massa pada bagian ini tidak dapat
berubah kecuali oleh adanya perubahan pada aliran masuk (flowing in ) atau aliran keluar ( flowing out). Dengan menggunakan Fick’s Law,

dengan k adalah konstan. Dengan demikian persamaan (2.12) dan persamaan
(2.13) sama dengan :

Ruas kanan pada persamaan (2.14) sama dengan
sehingga persamaan (2.14) dapat ditulis
menjadi

Ut
= kuxx
Persamaan
di atas merupakan persamaan difusi untuk kasus ruang dimensi 1. Persamaan
difusi atau bisa disebut juga dengan persamaan panas adalah contoh lain dari
persamaan diferensial parsial. Konduksi panas diilustrasikan dalam persamaan
difusi dengan u(x,t) didefenisikan
sebagai temperature pada posisi –x dan pada waktu –t(Riancelona, 2007).
B.
Persamaan
Konveksi Difusi
Misalkan pada reservoir dengan panjang x dan ketebalan y
kemudian dilakukan injeksi uap dengan temperatur tertentu dan kecepatan V. Pada saat injeksi uap dilakukan,
terjadi konveksi di dalam reservoir sehingga panas yang dihasilkan oleh uap
tersebut akan berpindah ke minyak. Panas tersebut akan mengurangi viskositas
dari minyak tersebut agar mudah terangkat. Bersamaan dengan itu, uap tersebut
akan kehilangan panas yang disebut dengan konduksi. Dengan demikian, temperatur
dari uap yang diinjeksikan tersebut akan semakin menurun hingga pada nantinya
akan sama dengan temperatur reservoir.
Pada
reservoir ini, konduksi panas yang bisa diilustrasikan dalam persamaan difusi
yang dijelaskan sebelumnya sedangkan konveksi yang merupakan perpindahan dari
minyak, air dan uap dari reservoir ke arah sumur produksi diilustrasikan dengan
persamaan
sehingga persamaan konveksi dan konduksi panas
yang terjadi saat injeksi uap tersebut dapat diilustrasikan dalam persamaan



Dengan
u(x,t) mendefenisikan temperature pada posisi-x dan waktu –t.
Persamaan
di atas adalah persamaan konveksi difusi ( Convection
Difusion Equation – CD Equation ) atau
bisa juga disebut advection difusion
equation atau transport equation. Persamaan konveksi difusi ini juga merupakan
salah satu contoh persamaan difensial parsial yang memiliki banyak aplikasi.
Persamaan diferensial parsial adalah suatu bentuk persamaan matematika yang
mengandung satu atau lebih operator diferensial parsial pada variable bebas
dari suatu fungsi peubah banyak (Riancelona, 2007).
8.1.2
Metode penyelesaian PDP Parsial secara numeris
A Metode beda hingga
Metode
beda hingga memiliki tiga persamaan yaitu:
1. Forward
difference


2.
Backward difference


3.
Central difference


Defenisi
turunan parsial tingkat 2


8.2
Metode Euler
Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah
yang paling sederhana. Di banding dengan beberapa metode lainnya, metode ini
paling kurang teliti. Namun demikian metode ini perlu dipelajari mengingat
kesederhanaannya dan mudah pemahamannya sehingga memudahkan dalam mempelajari
metode lain yang lebih teliti.
Metode
euler atau disebut juga metode orde pertama
karena persamaannya kita hanya mengambil sampai suku orde pertama saja.
Misalnya
diberikan PDB orde satu,

Misalkan
yr = y(xr)
adalah
hampiran nilai di xr yang dihitung dengan metode euler. Dalam hal
ini
xr = x0
+ rh, r
= 1, 2, 3,…n
metode
euler diturungkan dengan cara menguraikan y(xr+1) di sekitar
xr ke dalam deret taylor :
y(xr+1)=y(xr)+
y’(xr)+
y”(xr)+… (1)


bila persamaan di atas dipotng samapai suku orde
tiga, peroleh
y(xr+1)
= y(xr) +
y’(xr) +
y”(t), xr<t<xr+1
(2)


(2)
berdasarkan persamanan bentuk baku PDB orde orde
satu maka
y’(xr
) = f(xr, yr)
dan
xr+1
– xr = h
maka persamaan 2 dapat ditulis menjadi
y(xr+1)
y(xr)+hf(xr,yr)+
y”(t) (3)


dua suku pertama persamaan di atas yaitu
:
y(xr+1) = y(xr) + hf(xr,
yr) ; r = 0, 1,
2,…,n
(4)
atau dapat ditulis
yr+1
= yr + hfr
yang
merupakan metode Euler.
8.2.1
Tafsiran geometri Metode PDP
f(x,y) dalam persamaan diferensial menyatakan
gradiaen garis siggng kurva di titik (x,y). kita mulai menarik garis singgung
dari titik (x0,y0) dengan gradien f(x0,y0)
dan berenti di titik (x1,y1), dengan y1 di
hitung dari persamaan 4. Selanjutnya di titik (x1,y1)
ditarik lagi garis dengan gradien f(x1,y1) dan berhenti
dititik (x2,y2)
dengan y2 dihitung dari
persamaan 4. Proses ini kita ulang beberapa kali,
misalnya sampai lelaran ke-n, sehingga hasilnya adalah garis patah-patah
seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:


![]() |

![]() |







x0 x1 x2 x3
… xn-1 xn
x
(Tafsiran geometri untuk penurunan metode PDP)
![]() |
|||
![]() |
|||
y
y(x)








tafsiran
geometri untuk penurunan metode euler
pada gambar kedua
gradien (m) garis singgung di xr adalah


Yang
tidak lain adalah persamaan Euler.
8.2.2 Analisis Galat Metode Euler
Meskipun
metode Euler sederhana, tetapi ia mengandung dua macam galat, yaitu galat
pemotong (truncation error) dan galat longgokan (cumulative error). Galat
pemotong dapat langsung ditentukan dari persamaan berikut:

Galat
pemotongan ini sebanding dengan kuadrat ukuran langkah h sehingga di sebut juga
galat per langkah (error per step)
atau galat local. Semakin kecil nilai h
(yang berarti semakin banyak langkah perhitungan). Nilai pada setiap langkah (yr)
dipakai lagi pada langkah berikutnya. Galat solusi pada langkah ke-r adalah
tumpukan galat dari langkah-langkah sebelumnya. Galat yang terkumpul pada akhir
langkah ke-r ini di sebit galat
longgokan (cumulative error).
Jika langkah dimulai dari x0 = a dan berakhir di xn = b
maka total galat yang terkumpul pada solusi akhir (yn) adalah

Galat longgokan total ini sebenarnya adalah

8.2.3.
Algoritma
Metode Euler
Merghitung
hampiran penyelesaian masalah nilai awal y
’= f(t,y)
dengan y(t0) = y0 pada [t0, b]INPUT : n, t0, b, y0, dan fungsi fOUTPUT : (tk,
yk), r = 1, 2, 3, …, n
LANGKAH-LANGKAH:
1. Hitung h
= (b – t0)/n
2. FOR r =
1, 2, 3, …, n
Hitung xr=
xr-1+ h, yr= yr-1+ h * f(xr-1, yr-1)
3. SELESAI
Contoh
Soal 1 :
Diketahui
persamaan differensial sebagai berikut:


Dimana CA awal = 1 dan T awal
= 300 K, tentukan konsentrasi dan temperatur setelah 100 sekon hingga tiga
angka penting jika



Solusi
Langkah 1. Ubah
persamaan differensial tersebut ke bentuk

maka

Langkah 2. Ubah persamaan
differensial tersebut ke bentuk Explicit Euler

maka


dimana T0=300 K dan CA0=1
gmol/liter
Langkah 3. Pilih Δt yang tepat
untuk menyelesaikan persamaan differensial di atas
Untuk Δt = 0,02
I
|
T
|
NA
|
T
|
0
1
2
.
.
.
2500
.
.
.
5000
|
0
0,02
0,04
.
.
.
50
.
.
.
100
|
1
0,999264
0,998529
.
.
.
0,153627
.
.
.
0,023062
|
300
300,007358
300,01471
.
.
.
308,463728
.
.
.
309,769376
|
Jadi, konsentrasi A (CA) dan
temperatur (T) setelah t=100 sekon adalah CA=0,023062 gmol/liter dan T=309,769376 K
Berdasarkan
tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara CA dan T terhadap
t


Gambar 2.4 Hubungan antara konsentrasi A (CA) dan Temperature (T) terhadap waktu
Contoh Soal 2. Diketahui
PDB , Dy/dx = x +
y dan y(0)=1
Gunakan
metode Euler untuk menghitung y(0, 10)dengan ukuran langkah h = 0,05 dan h =
0,02. Jumlah angka bena = 5.diketahui solusi sejati PDB tresebut adalahy(x) =
ex– x – 1.
Penyelesaian:
(i)
Diketahuia
= x
0= 0
b = 0.10
c = 0.05
dalam hal
ini f(x,y) = x + y, dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut menjadi
Langkah-langkah:
Jadi,
(bandingkan
dengan solusi sejatinya,Sehingga galatnya adalah Galat = 0.0052 – 1.05775 =
-1.1030
(ii)
Diketahui Dalam hal ini , , dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut
menjadi hasil=[hasil; x y];endf=exp(b)-b-1;galat=f-y;hasileror=[f galat]
Outputnya
yaitu:h = 0.0200
hasil =
0 1.0000
0.0200
1.0200
0.0400
1.0408
0.0600
1.0624
0.0800
1.0849
0.1000
1.1082
eror = 0.0052 -1.1030
Contoh Soal 3. Cari
T(9,1) jika diketahui PDP sebagai berikut :

Dimana : T
(0,x) = 0
T
(t,0) = 0
T(t,1)
= 25
·
Langkah
1 : Ubah PDP tersebut ke bentuk Explicit

Atau :

j : arah t
i : arah x
·
Langkah
2 : Tentukan ∆t dan ∆x sembarang yang sesuai, lalu hitung

Misal ∆t = 1
∆x = 0.1
delta t
|
1
|
||||||||||||
delta x
|
0,1
|
||||||||||||
I
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
j
|
t\x
|
0
|
0,1
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
0,9
|
1
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
25
|
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12,5
|
25
|
|
3
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6,25
|
12,5
|
25
|
|
4
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3,125
|
6,25
|
15,625
|
25
|
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1,5625
|
3,125
|
9,375
|
15,625
|
25
|
|
6
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,78125
|
1,5625
|
5,46875
|
9,375
|
17,1875
|
25
|
|
7
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,390625
|
0,78125
|
3,125
|
5,46875
|
11,32813
|
17,1875
|
25
|
|
8
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0,195313
|
0,390625
|
1,757813
|
3,125
|
7,226563
|
11,32813
|
18,16406
|
25
|
|
9
|
9
|
0
|
0
|
0,097656
|
0,195313
|
0,976562
|
1,757813
|
4,492188
|
7,226563
|
12,69531
|
18,16406
|
25
|
|
10
|
10
|
0
|
0,048828
|
0,097656
|
0,537109
|
0,976563
|
2,734375
|
4,492188
|
8,59375
|
12,69531
|
18,84766
|
25
|
|
8.3. Contoh-contoh
kasus dalam teknik kimia dan penyelesaian
1)
Dua buah tangki air tersambung secara seri dan saling berinteraksi.
Kecepatan aliran keluar merupakan fungsi akar kuadrat dari ketinggian air, jadi
untuk tangki 2 sebagai fungsi
. Akan ditentukan ketinggian h1
dan h2 sebagai fungsi waktu dari t = 0 sampai t=40 menit
dengan interval 4 menit. Setelah disusun neraca bahan diperoleh persamaan
differensial simultan sebagai fungsi waktu :



Harga – harga parameter yang ada :
β1 = 2.5 ft2.5/menit β1 = 5/
ft3/menit

A1 = 5 ft2 A2 = 10 ft2 F= 5 ft3/menit
Dengan kondisi awal pada t = 0, h1
= 12 ft dan h2 = 7 ft
Solusi menggunakan Metode Euler:
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut
ke bentuk dy/dx = f(x,y)


Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut
ke bentuk explicit euler
yi+1 = yi + ∆x f (xi , yi)
maka
hi+1 = hi + ∆x

hi+1 = hi + ∆x( 

Langkah 3 : Pilih ∆x yang
tepat lalu selesaikan
Untuk ∆t=
4
I
|
t (menit)
|
h1 (ft)
|
h2 (ft)
|
1
|
0
|
12
|
7
|
2
|
4
|
11,52786
|
6,665495
|
3
|
8
|
11,11771
|
6,357934
|
4
|
12
|
10,75433
|
6,080485
|
5
|
16
|
10,43051
|
5,832305
|
6
|
20
|
10,14183
|
5,611301
|
7
|
24
|
9,88482
|
5,415085
|
8
|
28
|
9,65647
|
5,241286
|
9
|
32
|
9,454003
|
5,087661
|
10
|
36
|
9,274844
|
4,952119
|
11
|
40
|
9,116611
|
4,832731
|
2)
Sebuah persamaan isotermal tekanan konstan reaktor batch mengikuti reaksi
berikut :
r
A (g) à 2P (g)
dimana r = 0,1 CA2 [=] gmole/L.sec
Mula – mula reaktor mengandung 0,01 gmole A dan 0.01 gmole dari gas inert
pada volum 0,5 L.
Tentukan volum reaktor setelah 25 detik reaksi. Reaktor dijalankan pada
unsteady-state dengan persamaan mole balance pada komponen A di reaktor,
yielding :

dimana gas dapat diasumsikan sebagai
gas ideal, maka :

V = 0,75 – 25 nA [=] L
maka

Solusi menggunakan Metode Euler:
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut
ke bentuk dy/dx = f(x,y)

Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut
ke bentuk explicit euler
yi+1 = yi + ∆x f (xi , yi)
maka

Langkah 3 : Pilih ∆x yang tepat lalu selesaikan
Untuk ∆t=
1 sekon
i
|
T
|
nA
|
1
|
0
|
0,01
|
2
|
1
|
0,00998
|
3
|
2
|
0,00996
|
4
|
3
|
0,00994
|
5
|
4
|
0,009921
|
6
|
5
|
0,009901
|
7
|
6
|
0,009881
|
8
|
7
|
0,009862
|
9
|
8
|
0,009843
|
10
|
9
|
0,009824
|
11
|
10
|
0,009804
|
12
|
11
|
0,009785
|
13
|
12
|
0,009766
|
14
|
13
|
0,009748
|
15
|
14
|
0,009729
|
16
|
15
|
0,00971
|
17
|
16
|
0,009692
|
18
|
17
|
0,009673
|
19
|
18
|
0,009655
|
20
|
19
|
0,009636
|
21
|
20
|
0,009618
|
22
|
21
|
0,0096
|
23
|
22
|
0,009582
|
24
|
23
|
0,009564
|
25
|
24
|
0,009546
|
26
|
25
|
0,009528
|
27
|
26
|
0,00951
|
Diperoleh
nA setelah 25 detik = 0,00951 gmole
Langkah
4 : Hitung Volum setelah 25 detik reaksi :
V = 0,75 – 25 nA
V = 0,75 – 25 (0,00951)
V
= 0,51225 L
3)
Pada reaktor semi batch dengan reaksi





Dimana konsentrasi dalam gmol/liter dan kecepatan
reaksi dalam gmol/liter.sekon. Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk beraksi
untuk mencapai konsentrasi maksimum B.
Kesetimbangan mol komponen pada keadaan
unsteady-state:



tapi

dan

Dengan
asumsi:




Substitusi nilai numerik sehingga menghasilkan



dimana nA=nB=nC=0
pada t=0.
Solusi menggunakan Metode Euler:
Langkah 1. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk

maka



Langkah 2. Ubah persamaan differensial tersebut ke bentuk
Explicit Euler

maka



Langkah
3. Pilih Δt
yang tepat untuk menyelesaikan persamaan differensial di atas, dengan

dan



Untuk Δt = 1 sekon
I
|
t
|
nA
|
nB
|
nC
|
VR
|
CA
|
CB
|
CC
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
50
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
10
|
0
|
0
|
60
|
0,166667
|
0
|
0
|
2
|
2
|
19,83333
|
0,166667
|
0
|
70
|
0,283333
|
0,002381
|
0
|
3
|
3
|
29,27972
|
0,720258
|
1,98E-05
|
80
|
0,365997
|
0,009003
|
2,48E-07
|
4
|
4
|
38,24411
|
1,755548
|
0,000344
|
90
|
0,424935
|
0,019506
|
3,82E-06
|
5
|
5
|
46,70676
|
3,291183
|
0,002056
|
100
|
0,467068
|
0,032912
|
2,06E-05
|
6
|
6
|
54,6898
|
5,302729
|
0,007472
|
110
|
0,49718
|
0,048207
|
6,79E-05
|
7
|
7
|
62,23587
|
7,743879
|
0,020254
|
120
|
0,518632
|
0,064532
|
0,000169
|
8
|
8
|
69,39531
|
10,55945
|
0,04524
|
130
|
0,53381
|
0,081227
|
0,000348
|
9
|
9
|
76,21889
|
13,69298
|
0,088125
|
140
|
0,544421
|
0,097807
|
0,000629
|
10
|
10
|
82,75403
|
17,09089
|
0,155089
|
150
|
0,551694
|
0,113939
|
0,001034
|
11
|
11
|
89,04308
|
20,70446
|
0,252455
|
160
|
0,556519
|
0,129403
|
0,001578
|
12
|
12
|
95,12289
|
24,4907
|
0,386416
|
170
|
0,559546
|
0,144063
|
0,002273
|
13
|
13
|
101,0249
|
28,41232
|
0,562826
|
180
|
0,561249
|
0,157846
|
0,003127
|
14
|
14
|
106,7755
|
32,43748
|
0,787065
|
190
|
0,561976
|
0,170724
|
0,004142
|
15
|
15
|
112,3968
|
36,53924
|
1,063957
|
200
|
0,561984
|
0,182696
|
0,00532
|
16
|
16
|
117,9072
|
40,69502
|
1,397736
|
210
|
0,561463
|
0,193786
|
0,006656
|
17
|
17
|
123,3219
|
44,88602
|
1,792042
|
220
|
0,560554
|
0,204027
|
0,008146
|
18
|
18
|
128,6534
|
49,09668
|
2,24994
|
230
|
0,559363
|
0,213464
|
0,009782
|
19
|
19
|
133,9118
|
53,31422
|
2,773959
|
240
|
0,557966
|
0,222143
|
0,011558
|
20
|
20
|
139,1057
|
57,52816
|
3,366126
|
250
|
0,556423
|
0,230113
|
0,013465
|
21
|
21
|
144,242
|
61,73002
|
4,028024
|
260
|
0,554777
|
0,237423
|
0,015492
|
22
|
22
|
149,3263
|
65,91292
|
4,760831
|
270
|
0,55306
|
0,244122
|
0,017633
|
23
|
23
|
154,3633
|
70,07137
|
5,56537
|
280
|
0,551297
|
0,250255
|
0,019876
|
24
|
24
|
159,3568
|
74,20102
|
6,442156
|
290
|
0,549506
|
0,255866
|
0,022214
|
25
|
25
|
164,3101
|
78,29846
|
7,39143
|
300
|
0,5477
|
0,260995
|
0,024638
|
26
|
26
|
169,2258
|
82,36103
|
8,413205
|
310
|
0,54589
|
0,265681
|
0,027139
|
27
|
27
|
174,106
|
86,38675
|
9,507292
|
320
|
0,544081
|
0,269959
|
0,02971
|
28
|
28
|
178,9525
|
90,37415
|
10,67333
|
330
|
0,54228
|
0,273861
|
0,032343
|
29
|
29
|
183,767
|
94,32218
|
11,91083
|
340
|
0,540491
|
0,277418
|
0,035032
|
30
|
30
|
188,5507
|
98,23018
|
13,21917
|
350
|
0,538716
|
0,280658
|
0,037769
|
31
|
31
|
193,3046
|
102,0977
|
14,59762
|
360
|
0,536957
|
0,283605
|
0,040549
|
32
|
32
|
198,0299
|
105,9247
|
16,04539
|
370
|
0,535216
|
0,286283
|
0,043366
|
33
|
33
|
202,7272
|
109,7111
|
17,56161
|
380
|
0,533493
|
0,288714
|
0,046215
|
34
|
34
|
207,3975
|
113,4572
|
19,14537
|
390
|
0,531788
|
0,290916
|
0,049091
|
35
|
35
|
212,0412
|
117,1632
|
20,79569
|
400
|
0,530103
|
0,292908
|
0,051989
|
36
|
36
|
216,659
|
120,8295
|
22,51159
|
410
|
0,528436
|
0,294706
|
0,054906
|
37
|
37
|
221,2514
|
124,4566
|
24,29205
|
420
|
0,526789
|
0,296325
|
0,057838
|
38
|
38
|
225,8189
|
128,045
|
26,13603
|
430
|
0,52516
|
0,297779
|
0,060781
|
39
|
39
|
230,3621
|
131,5954
|
28,04249
|
440
|
0,52355
|
0,299081
|
0,063733
|
40
|
40
|
234,8812
|
135,1084
|
30,01037
|
450
|
0,521958
|
0,300241
|
0,06669
|
41
|
41
|
239,3768
|
138,5845
|
32,03862
|
460
|
0,520384
|
0,301271
|
0,069649
|
42
|
42
|
243,8493
|
142,0245
|
34,1262
|
470
|
0,518828
|
0,30218
|
0,072609
|
43
|
43
|
248,2989
|
145,4291
|
36,27205
|
480
|
0,517289
|
0,302977
|
0,075567
|
44
|
44
|
252,7261
|
148,7988
|
38,47513
|
490
|
0,515768
|
0,303671
|
0,078521
|
45
|
45
|
257,1313
|
152,1343
|
40,73442
|
500
|
0,514263
|
0,304269
|
0,081469
|
46
|
46
|
261,5147
|
155,4364
|
43,04891
|
510
|
0,512774
|
0,304777
|
0,08441
|
47
|
47
|
265,8767
|
158,7057
|
45,41758
|
520
|
0,511301
|
0,305203
|
0,087342
|
48
|
48
|
270,2177
|
161,9429
|
47,83946
|
530
|
0,509845
|
0,305553
|
0,090263
|
49
|
49
|
274,5379
|
165,1485
|
50,31356
|
540
|
0,508404
|
0,305831
|
0,093173
|
50
|
50
|
278,8377
|
168,3233
|
52,83893
|
550
|
0,506978
|
0,306042
|
0,096071
|
51
|
51
|
283,1175
|
171,4679
|
55,41464
|
560
|
0,505567
|
0,306193
|
0,098955
|
52
|
52
|
287,3774
|
174,5829
|
58,03975
|
570
|
0,504171
|
0,306286
|
0,101824
|
53
|
53
|
291,6178
|
177,6689
|
60,71336
|
580
|
0,502789
|
0,306326
|
0,104678
|
54
|
54
|
295,839
|
180,7264
|
63,43459
|
590
|
0,501422
|
0,306316
|
0,107516
|
55
|
55
|
300,0413
|
183,7561
|
66,20256
|
600
|
0,500069
|
0,30626
|
0,110338
|
56
|
56
|
304,225
|
186,7586
|
69,01642
|
610
|
0,498729
|
0,306162
|
0,113142
|
57
|
57
|
308,3903
|
189,7344
|
71,87533
|
620
|
0,497404
|
0,306023
|
0,115928
|
58
|
58
|
312,5376
|
192,6839
|
74,77849
|
630
|
0,496091
|
0,305848
|
0,118696
|
Dari
tabel di atas, didapat konsentrasi maksimum B adalah 0,306326 gmol/L pada saat
t=53 sekon.
Berdasarkan
tabel di atas dibuat grafik hubungan CB dengan t

Gambar 2.7 Hubungan
antara konsentrasi B (CB)
dengan waktu (t)
4.
Untuk menghitung panjang
lintasan
bisbol
yang dilempar dari
bidang
tengah
lapangan
bisbol ke
home
plate (lihat
gambar 1.1).
Asumsikan bahwa
outfielder
melepaskan
bola
delapan
meter di atas
tanah dan
bisbol
yang memiliki
kecepatan awal
V0
yang memiliki
sudut
θ
dengan
horizontal.
Ingatlah
bahwa perjalanan bisbol
melalui
udara,
udara
akan menyebabkan
gaya gesek
pada bola
menentang
kecepatan
bola.
Kekuatan
tarik
dapat ditunjukkan
bervariasi
dengan
kuadrat kecepatan.
Keseimbangan gaya pada bola di kedua arah x dan y hasil dalam


dimana
k adalah
konstanta
tarik,
m adalah
massa
bola,
ag
adalah
accelaration
gravitasi,
ay
adalah
accelaration
bersih
bola
dalam
arah y,
dan ax
adalah
accelaration
bersih
bola
dalam arah x.
Perhatikan bahwa
kV2
adalah
gaya gesekan
total dan
bahwa
Vx/V adalah
komponen
gaya gesekan
dalam arah x.
Kedua
accelaration
dari
bola dan
kecepatan
bola
yang
berhubungan dengan laju
perubahan terhadap waktu dari
jarak,
x dan y,
yaitu,


persamaan yang dihasilkan adalah





pada t=0 


Perhatikan,
bahwa semua kondisi
yang diketahui ditentukan
pada satu
kondisi waktu
(yaitu,
t
=
0)
dan dengan demikian
ini merupakan
kondisi awal
dari masalah.
Untuk menemukan lintasan yang cocok untuk kondisi batas akan mewakili Boundary Value Problem (BVP).
a.
Diasusmsikan reaktor Batch non-isotermal
yang dioperasikan pada keadaan adiabatik (tidak ada pertukaran panas diantara
rekator dengan lingkungan). Reaktor dapat dilihat pada gambar 4.7. Dalam
reaktor terdapat reaksi campuran cairan dengan reaksi

dimana r = kCA dan

CA adalah konsentrasi A, dan
E adalah energi aktivasi dari reaksi, R adalah konstanta gas, dan T adalah
temperatur absolut. Dimana reaktor diasumsikan teraduk sempurna, unsteady state kesetimbangan mol
komponen A adalah

Karena volum reaktor, VR
adalah konstan dan CA =nA/VR

Unsteady
state kesetimbangan energi

Dimana
adalah densitas dari campuran reaksi, Cp adalah panas kapasitas
rata-rata dari campuran reaksi, dan adalah panas reaksi dalam fungsi
temperatur. Jadi untuk dT/dt,

Persamaan ini kira-kira
mendekati persamaaan 4.10 yang menjelaskan dimana konsentrasi A dan temperatur
dalam sistem akan berubah terhadap waktu. Secara umum, panas reaksi tidak akan
berpengaruh besar pada temperatur, sehingga persamaan 4.10 da 4.11 bisa menjadi


dimana T=T0 dan CA=CA0
pada saat t=0. Di bawah ini adalah contoh gabungan dari dua persamaan pada
sistem orde pertama. Dua persamaan ini digabungkan karena dCA/dt
adalah fungsi T sementara CA dT/dt juga dalam fungsi CA
dan T.
8.4. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Metode Euler adalah
salah satu dari metode satu langkah yang paling sederhana.Metode
euler atau disebut juga metode orde pertama
karena persamaannya kita hanya mengambil sampai suku orde pertama saja.
Misalnya
diberikan PDB orde satu,

Persamaan
metode Ueler yaitu :
yr = yr-1
+ h * f(xr-1, yr-1)
Pada metode Heun
, solusi dari metode Euler dijadikan sebagai solusi perkiraan awal (prediktor),
selanjutnya solusi perkiraan awal
diperbaiki dengan metode Heun (Corrector).
Persamaan
metode euler yaitu:

B.Soal Metode Euler
1.Gunakan metode Euleruntuk menghitung nilai y
pada x = 1
jika:yxdxdy2
jika:yxdxdy2
2.Tentukan
x (2) dengan menggunakan Metode Euler (n = 4) untuk
persamaan diferensial
persamaan diferensial
DAFTAR PUSTAKA
http://elista.akprind.ac.id/upload/files/9637_BAB_IIOK.pdf
Riggs., B., J. 1988. An
Introduction To Numerical Methods For Chemical Enggineers. Texas Tech
University Press, Texas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar