MAKALAH
METODE NUMERIK
PENGANTAR METODE NUMERIK
Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Baharuddin, MT
OLEH
KELOMPOK 1
KELAS
B
M.Novrianda
Viona
Aulia Rahmi
Putri
Gusti Yolanda
Nur
Irfana Mardiyah
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
S1
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
BAB
I
PENGANTAR
METODE NUMERIK
Kompetensi :
Setelah mempelajari bab
ini, mahasiswa:
1.
Mengenal
berbagai model matematika yang sering ditemukan dalam bidang Teknik Kimia.
2.
Mampu
mengidentifikasi kategori model-model matematika tersebut.
1.1. Pendahuluan
Dalam ilmu
Teknik Kimia kita mengenal berbagai persoalan atau permasalahan yang dimodelkan
dengan persamaan matematika.Secara umum, teori berkembang
hanya setelah pengamatan rinci dari suatu peristiwa. Dengan demikian, langkah yang
kita lakukan dalam menyelesaikan rumusan suatu masalah yang selalu kualitatif
yaitu langkah pertama biasanya melibatkan gambaran dari sistem yang akan
dipelajari. Langkahkedua yaitumenyatukansemua
informasifisik dan kimia yang terdapat pada kasus yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui
apakah sistem tersebut dalam kondisi steady
state atau tidak.Langkahketigamemerlukanpengaturanturunandarielemenvolume
terbatasatau diferensial. Kemudian menentukan kondisi batas untuk menyelesaikan persamaan
differensial tersebut.
Pemodelan inilah yang membuat persamaan
matematika dari kasus di teknik kimia dapat berupa persamaan linear maupun
persamaan non liner.Untuk persamaan linear, mungkin
tidak ada kendala yang signifikan dalam menyelesaikan
persamaan tersebut.Jika
seandainya persamaan itu membentuk sistem persamaan linear dan non linear yang rumit, maka metode numerik dapat menjadi tool
yang lebih mudah dalam penyelesaiannyadibandingkan dengan metode analitik
yang biasanya lebih membutuhkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan persamaan tersebut.
Dalam ilmu
teknik kimia, beberapa kasus seperti neraca massa dan neraca energi, termodinamika,
perpindahan panas, perpindahan massa, kinetika reaksi, pengendalian proses dan
desain menghasilkan persamaan yang linear maupun non linear. Tabel 1.1 memperlihatkan beberapa kemungkinan tipepersamaan
yang akan dihasilkan dari kasus teknik kimia.
Tabel
1.1.Tipe kasus teknik kimia dan persamaan
yang dihasilkan
Kasus
|
Persamaan yang dihasilkan
|
Neraca
massa dan energi
|
Sistem persamaan linear dan kadang – kadang sistem persamaan non linear
|
Termodinamika
|
Sistem persamaan aljabar
nonlinear, Persamaan diferensial IVP (Initial Value Problem) dan BVP
(Boundary Value Problem)
|
Perpindahan
Panas
|
Persamaan diferensial IVP (Initial Value Problem) dan BVP (Boundary Value Problem)
|
Perpindahan
Massa
|
Persamaan diferensial
IVP (Initial Value Problem) dan BVP (Boundary Value Problem)
|
Kinetika
Reaksi
|
Sistem persamaan aljabar nonlinear, Persamaan diferensial IVP (Initial Value Problem) dan BVP
(Boundary Value Problem)
|
Pengendalian
Proses
|
IVP (Initial Problem Value)
|
Desain
|
Optimasi
|
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat
bahwa kasus dalam teknik kimia secara umum menghasilkan persamaan aljabar
linear dan non linear, serta persamaan diferensial yang sukar untuk
diselesaikan secara analitik, jika dapat diselesaikan akan membutukan waktu
yang relatif lama,disinilah
metode numerik berperan dalam membantu kita untuk menyelesaikan persamaan-persamaan yang telah kita
modelkan dari berbagai kasus dalam teknik kimia. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan
dalam menyelesaikan persamaan dengan menggunakan metode numerik:
1.
Identifikasi persamaan
yang akan kita selesaikan, apakah persamaan tersebut persamaan linear atau non
linear.
2.
Setelah mengetahui
jenis persamaannya, kita harus menentukan metode apa yang sesuai untuk
menyelesaikan persamaan yang telah kita identifikasi tersebut.
3.
Implementasikan
metode yang kita pilih untuk menyelesaikan persamaan tersebut.
1.2. Berbagai
Kasus Teknik Kimia dan Hasil Pemodelannya
Berikut
ini akan diuraikan beberapa contoh kasus dari teknik kimia yang telah
dimodelkan dan kadang sukar diselesaikan secara analitik.
1.2.1. Sistem
Persamaan Linier
Sistem persamaan linier dapat
diselesaikan dengan metode langsung atau metode tidak langsung. Metode langsung
terdiri dari metode eliminasi Gauss, metode
eliminasi Gauss-Jordan, metode invers matriks dan metode dekomposisi LU. Metode tak langsungyaitu metode
iterasi, yang terdiri dari metode iterasi Jacobi dan metode iterasi Gauss-Seidel,
dimana dalam metode iterasi ini harus diberikan solusi awal (merupakan tebakan). Berikut ini merupakan salah satu contoh kasus dalam
bidang teknik kimia yang diselesaikan dengan metode eliminasi gauss.
Gambar 1.1. Diagram alir salah satu proses teknik kimia
Dari gambar tersebut diketahui bahwa umpan
berupa zat A murni dialirkan dengan
laju alir 100 kmol/jam untuk
menghasilkan suatu produk. Kendala yang dihadapi dalam proses tersebut yaitu
1. 80%
dari A dan 40% dari B di dalam alur 2 didaur ulang (recycle).
2. Perbandingan
mol A terhadap mol B di dalam alur 1 adalah 5:1
Tentukan laju alir molartiap komponen pada tiap unit!
Neraca
massa (dalam kmol/jam):
Di
sekitar pencampur:
NA1= NA3+ 100
atau: NA1− NA3= 100 (1.1)
NB1
= NB3atau:
NB1− NB3= 0 (1.2)
(NA1
menyatakan laju alir molar A di dalam alur 1, dst.)
Di sekitar reaktor:
NA2= NA1− r
atau: − NA1+ NA2+ r
= 0 (1.3)
NB2
= NB1+ r
atau: − NB1+ NB2− r
= 0 (1.4)
(r
menyatakan laju reaksi)
Di sekitar pemisah:
NA3
+ NA4= NA2atau:
− NA2+ NA3+ NA4= 0 (1.5)
NB3+ NB4= NB2atau:
− NB2+ NB3+ NB4= 0 (1.6)
Berdasarkan kendala 1:
NA3= 0,8
NA2 atau: − 0,8
NA2+ NA3= 0 (1.7)
NB3= 0,4
NB2atau: − 0,4
NB2+ NB3= 0 (1.8)
Berdasarkan kendala 2:
NA1
= 5
NB1atau: NA1− 5
NB1= 0 (1.9)
Berdasarkan
penjabaran neraca massa di atas, dihasilkan 9 buah persamaan linier dengan 9
variabelyang tak diketahui (yakni NA1, NB1, NA2,
NB2, NA3, NB3, NA4, NB4,
dan r).
Dengan
demikian, terbentuk sistem persamaan linier yang dapat diselesaikan secara
simultan!
Persamaan-persamaan
tersebut kemudian diubah kedalam bentuk matriks untuk mendapatkan nilai
variabel yang tidak diketahui.
Contoh
soal:
Untuk membuat 1000 kg campuran
asam yang mengandung 60% H2SO4 ; 32% HNO3 ; 8% H2O dengan cara mencampur
a) spent acid yang mengandung 11,3% HNO3 ; 44,4% H2SO4 ; 44,3% H2O
b) 90% HNO3
c) 98% H2SO4
semua dalam % berat.
Hitunglah jumlah masing – masing dari ketiga asam tersebut yang diperlukan?
a) spent acid yang mengandung 11,3% HNO3 ; 44,4% H2SO4 ; 44,3% H2O
b) 90% HNO3
c) 98% H2SO4
semua dalam % berat.
Hitunglah jumlah masing – masing dari ketiga asam tersebut yang diperlukan?
Neraca Massa
akumulasi = input – output + generasi
akumulasi = 0, generasi = 0
maka
0 = input – output
input = output
Misalkan massa masuk di (a) = A, massa masuk di (b) = B, massa masuk di (c ) = C
H2SO4 input = output
input = 600
massa di (a) + massa di (b) + massa di (c ) = 600
A x 44,4% + B x 0 % + C x 98% = 600
0,444A+0,98C = 600 … 1)
HNO3 input = output
input = 320
massa di (a) + massa di (b) + massa di (c ) = 320
A x 11,3% + B x 90 % + C x 0% = 320
0,113A+0,9B = 320 … 2)
input = 320
massa di (a) + massa di (b) + massa di (c ) = 320
A x 11,3% + B x 90 % + C x 0% = 320
0,113A+0,9B = 320 … 2)
H2O input = output
input = 80
massa di (a) + massa di (b) + massa di (c ) = 80
A x 44,3% + B x 10 % + C x 2% = 80
0,443A+0,1B+0,02C = 80 … 3)
input = 80
massa di (a) + massa di (b) + massa di (c ) = 80
A x 44,3% + B x 10 % + C x 2% = 80
0,443A+0,1B+0,02C = 80 … 3)
1.2.2.Sistem
Persamaan Non Linear
Persamaan non linear dapat
diselesaikan dengan metode Newton seperti kasus dibawah ini.Suatu kondisi
reaksi menggambarkan reaksi kompleks untuk fase liquid seperti reaksi berikut:
Dimana
r1 = k1 CA (gmol/liter
sekon) (1.10)
(1.11)
(1.12)
(1.13)
Dimana
Reaktor tangki
berpengaduk digunakan untuk suatu sistem reaksi seperti pada Gambar 2. Volume
reaktor (VR) adalah 100 liter dan laju alir umpan Q sebanyak 50
liter/sec dengan konsentrasi komponen A = 1 mol/liter. Reaktor tangki
berpengaduk di atur pada kondisi steady state dan sistem diasumsikan berada
pada kondisi isotermal. Neraca massa dari sistem reaksi tersebut yaitu:
Keluaran = Masukan + Yang terbentuk - Yang bereaksi
(Komponen A) CAQ
= CAoQ + VR(rs) - VR(r1
+ r2) (1.14)
(Komponen B) CBQ
= 0 + VR(2r1) - VR(r4) (1.15)
(Komponen C) CCQ
= 0 + VR(r2 +
r4) - VR(r3) (1.16)
(Komponen D) CDQ
= 0 + VR(r4) - 0 (1.17)
Gambar 1.2. Salah
satu contoh proses dalam tangki berpengaduk
Tahap selanjutnya
susun persamaan nonlinear seperti dibawah ini:
(1.18)
= 0 (1.19)
(1.20)
(1.21)
Selanjutnya laju
alir masing-masing komponen dapat dicari dengan menggunakan metode Newton.
1.2.3. Integrasi
Dalam beberapa
fenomena, model matematika dapat dinyatakan dalam bentuk integral, yaitu suatu
persamaan dimana variabel yang ingin diketahui termuat dalam integrand persamaan integral
tersebut.Namun pada beberapa integral tentu tidak dapat diselesaikan secara
metode analitik dengan teknik-teknik pengintegralan yang telah dipelajari pada
tingkat awal. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa integral tentu
menyatakan luas daerah dibawah fungsi f(x)
pada interval a ≤ b. Ini berarti, integrasi numerik merupakan suatu cara untuk
menghitung aproksimasi luas daerah di bawah fungsi yang dimaksud pada selang
yang diberikan. Solusi angka yang didapatkan dari integrasi numerik adalah
solusi yang mendekati nilai sebenarnya solusi pendekatan (approximation) dengan tingkat ketelitian yang kita inginkan. Karena
tidak tepat sama dengan solusi sebenarnya, ada selisih diantara keduanya yang
kemudian disebut galat atau error.
Dalam bidang teknik kimia salah satu contoh penggunaan integrasi ini ditemukan
dalam menentukan jumlah total energi yang dibutuhkan.
Menghitung
panas dibutuhkan dalam rekayasa petro maupun oleokimia. Aplikasinya cukup
sederhana namun membutuhkan suatu penghitungan. Permasalahanyang sering
ditemukan adalah dalam menentukan jumlah dari panas yang dibutuhkan untuk
meningkat temperatur dari suatu material. Karakteristik yang dibutuhkan dalam
menentukannya adalah kapasitas panas c. Parameter ini merepresentasikan jumlah
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan tiap satuan massa terhadap satuan
temperatur. Jika c konstan, dibutuhkan data ΔH (dalam kalori), sehingga dapat
dihitung
ΔH = m c ΔT (1.18)
Dimana
c = kapasitas panas
(cal/g °C)
m = massa (g)
T = perubahan
temperatur (°C)
Sebagai contoh,
jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 20 g air dari 5 hingga 10 °C
sama dengan
ΔH = 20(1) (10
– 5) = 100 cal
Dimana kapasitas
panas dari air 1 cal/g°C. Perubahan temperatur bisa diabaikan jika ΔT sangat
kecil. Namun untuk perubahan temperatur yang besar, kapasitas panas tidak
konstan, karena kapasitas panas dipengaruhi temperatur. Sebagai contoh,
kapasitas panas dari material dapat meningkat dengan temperatur
c(T)
= 0,132 + 1,56 x 10-4 T + 2,64 x 10-7 T2 (1.19)
Dalamkasus ini,
panas yang dibutuhkan harus dihitung untuk meningkatkan suhu 1000 g material
dari -100 ke 200 °C.
Penyelesaian:
Persamaan (1.20)
merupakan suatu cara untuk menghitung nilai rata-rata dari c(T)
(1.20)
Kemudian
substitusikan persamaan (1.20)ke dalam persamaan (1.18) sehingga diperoleh
(1.21)
Dimana ΔT = T2
– T1
Sekarang karena
untuk kasus ini c(T) adalah kuadratik sederhana,ΔH dapat ditentukan secraa
analisis. Persamaan (1.19) dan hasilnya diintegrasikan untuk menghasilkan nilai
yang pasti dari ΔH = 42,732 cal. Hal ini berguna dan instruktif untuk
membandingkan hasil ini dengan metode numerik yang dikembangkan. Untuk mencapai
hal tersebut, perlu untuk menghasilkan tabel nilai c untuk berbagai nilai T
seperti pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2.Perbandingan
nilai c pada berbagai suhu (T)
T (°C)
|
c
(cal/g °C)
|
-100
|
0,11904
|
-50
|
0,12486
|
0
|
0,13200
|
50
|
0,14046
|
100
|
0,15024
|
150
|
0,16134
|
200
|
0,17376
|
Titikini dapat digunakanuntuk mengetahui hubungan T terhadap c dengan
menggunakanMetodaSimpsonuntuk
menghitungperkiraanintegral dariΔH = 42,732 cal. Hasil
inidapatdisubstitusikan kepersamaan(1.19)untuk
menghasilkannilaiΔH=42.732cal,
yangsama
persisdengan solusianalitis.
Carainisebenarnyatidak mementingkan
bagaimanatiap
bagian dalam metoda Simpsondigunakan.
Ini diharapkan karenacadalah fungsikuadrat danMetodaSimpsontepatuntuk
polynomial urutanketigaatau kurang.
1.2.4. Persamaan
Differensial (Kasus IVP)
Initial Value Problem(IVP)
merupakan materi yang penting untuk dipelajari
oleh mahasiswa teknik.KelasterbesarIVPadalahmasalahsementarayaitu, variabel-variabel
dependenberubah terhadap waktu.Salah satu contoh permasalahan yang bisa
diselesaikan dengan IVP dalam bidang teknik kimia adalah variasi konsentrasisebagaihasilreaksi
dalamreaktor batch.Initial value
problem dapat dibagi 3, yaitu:
1.
Single First Order ODE
2.
Systems of Coupled First Order ODE
3.
Initial Value Partial Diffrential Equations
Berikut
ini merupakan contoh kasus initial value
partial differential equations. Diasumsikan
reaktor batch non-isotermal yang dioperasikan pada keadaan adiabatik (tidak ada
pertukaran panas diantara reaktor dengan lingkungan).Reaktor dapat dilihat pada
Gambar. Dalam reaktor terdapat reaksi campuran cairan dengan reaksi
A P
dimana r = kCA dan
(1.22)
CA adalah konsentrasi A,
dan E adalah energi aktivasi dari reaksi, R adalah konstanta gas, dan T adalah
temperatur absolut. Dimana reaktor diasumsikan teraduk sempurna, unsteady state kesetimbangan mol
komponen A adalah
(1.23)
Karena volum reaktor(VR)
adalah konstan dan CA = nA/VR maka
(1.24)
Diketahui kondisi unsteady state, sehingga:
(1.25)
Dimana ρ adalah densitas dari
campuran reaksi, Cp adalah panas kapasitas rata-rata dari campuran reaksi, dan
ΔHR adalahpanas reaksi dalam fungsi temperatur. Jadi untuk dT/dt,
(1.26)
Persamaan ini kira-kira mendekati persamaaan
yang menjelaskan dimana konsentrasi
A dan temperatur dalam sistem akan berubah terhadap waktu. Secara umum, panas
reaksi tidak akan berpengaruh besar pada temperatur, sehingga persamaan
(1.27)
dan
(1.28)
Menjadi
(1.29)
(1.30)
dimana T=T0 dan CA=CA0
pada saat t=0.
Termodinamika
Termodinamika
termasuk salah satu kasus IVP. Hukum termodinamika
pertama sebagai berikut.
dU = dQ + dW
(1)
dimana, dW dan dQ didefinisikan
sebagai berikut
dW = –PdV
(2)
dQ = TdS
(3)
dari persamaan di atas,
subsitusi persamaan (2) dan (3) ke dalam persamaan (1), kita dapatkan persamaan
fundamental pertama:
Persamaan fundamental#1
|
du = Tds- pv (4)
( 4) d
|
Persamaan fundamental pertama
merupakan gabungan dari hukum termodinamika pertama dan hukum termodinamika
kedua yang berkaitan dengan entropi (S). Selain ini, kita masih memiliki
entalpi (H), energi bebas Helmholtz (A) dan energi bebas Gibbs (G).
Entalpi merupakan sifat
termodinamika yang didefinisikan sebagai berikut
H = U + PV
(5)
Perubahan entalpi dapat
dinyatakan dalam bentuk diferensial dari persamaan (5)
dH = dU + d(PV) (6)
d(PV) = PdV +
VdP (7)
Subsitutsi persamaan (7) ke
dalam persamaan (6) lalu bawa persamaan (4) masuk ke dalam persamaan (6)
sehingga kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:
dH = TdS – PdV + PdV + VdP (8)
Dh=
Tds + Vdp ( 9) d
|
Persamaan fundamental#2
|
Energi bebas Helmholtz
didefinisikan sebagai berikut
A = U – TS
(10)
Perubahan energi bebas Helmholtz
dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial dari persamaan (10)
dA = dU – TdS – SdT
(11)
Subsitutsi persamaan (4) ke
dalam persamaan (11) sehingga kita memperoleh persamaan berikut
dA = TdS – PdV – TdS – SdT (12)
Persamaan (12) disederhanakan
lebih lanjut sehingga kita memperoleh definisi perubahan energi bebas Helmholtz
sebagai berikut
dA=
sdT + dpV ( 13) d
|
Persamaan fundamental#3
|
Energi bebas Gibbs didefinisikan
sebagai berikut
G = H – TS
(14)
Perubahan energi bebas Gibbs dapat
dinyatakan dalam bentuk diferensial dari persamaan (14)
dG = dH – TdS – SdT
(15)
Dengan menggunakan persamaan
(9), persamaan (15) menjadi
dG = TdS +
VdP – TdS – SdT
(16)
Persamaan fundamental#4
|
dG=
VdP + sdT ( 17) d
|
Kita sekarang memiliki empat
buah persamaan fundamental, yaitu persamaan (4), (9), (13) dan (17).
Empat persamaan tersebut terkadang disebut juga persamaan Gibbs. Dari empat
persamaan ini, kita dapat mengubah “sifat yang tak terukur” menjadi “sifat yang
terukur” dengan bantuan sedikit konsep dari ilmu matematika.
dU = TdS –
PdV
(4)
dH = TdS + VdP
(9)
dA = – SdT – PdV
(13)
dG = VdP –
SdT
(17)
Df =
dx +
X dy (18)
|
Persamaan
(18) dapat juga ditulis sebagai berikut
dF
= M dx + N dy
(19)
M
=
y N
x
|
y N
x (20)
|
Persamaan
(20) ini disebut sebagai kriteria eksak (the criterion of exactness).
Kriteria ini akan sangat membantu dalam menurunkan sifat termodinamika dan
mengubah persamaan dari “sifat yang tak terukur” menjadi “sifat yang terukur”
Maxwell
(nama orang) menggunakan kriteria persamaan diferensial eksak untuk mengubah
empat persamaan fundamental tadi. Mari kita panggil kembali persamaan (4) lalu
kita runut bagaimana Maxwell mengotak-atik persamaan fundamental tadi.
dU
= TdS –
PdV
(4)
- Kita anggap volume konstan (dV = 0) pada persamaan (4), sehingga kita mendapatkan
T = (
)v (21)
- Kita anggap entropi konstan (dS = 0) pada persamaan (4), sehingga kita mendapatkan
-P = (
)s (22)
- Maxwell relation
)s =
)v (23)
Kita
substitusikan persamaan (21) dan (22) ke dalam persamaan (23) sehingga kita
memperoleh persamaan sebagai berikut:
(
)s
=
- (
)v (24)
Catatan: Persamaan (23) merupakan aturan
baku bernama Hubungan Resiprokal Maxwell (Maxwell reciprocity relationship)
Dengan
tiga langkah di atas (langkah a, b dan c) kita bisa mendapatkan tiga persamaan
Maxwell lainnya dengan cara mengotak atik persamaan fundamental. Empat
persamaan di bawah ini merupakan bekal kita untuk mengubah sifat yang tak terukur menjadi sifat yang terukur. Kita
simpan dulu empat persamaan di bawah ini.
dU = TdS – PdV (
)s = - (
)v (25)
dH = TdS + VdP (
)s = (
)p (26)
dA = -PdV – SdT (
)v = (
)t (27)
dG
= VdP – SdT (
)p = (
)t (28)
Seperti
yang telah kita bahas sebelumnya, Cp dan Cv merupakan sifat termodinamika yang
dapat diukur. Berikut adalah hubungan antara Cp dan Cv dengan entalpi (H),
energy dalam (U) dan entropi (S).
Cp = (
)p
(29)
Cp/T = (
)p
(30)
Cv = (
)v
(31)
Cv/T = (
)v
(32)
1.2.5.Persamaan
Differensial (Kasus BVP)
Boundary value problem (BVP)merupakan persamaan
diferensial yang bergantung pada kondisi batas yang ditetapkan. Misalnya
satu dimensi umum persamaan orde kedua dapat ditulis sebagai:
F( d2y
/ dx2 , dy/dx ,y ,x ) = 0 (1.31)
Untuk menyelesaikan masalah ini dua kondisi batas harus
diketahui. Biasanya kondisi batas adalah suatu bentuk yang lebih sederhana
misalnya :
x = x0 y = y0 (1.32)
x = x0
= 0
BVP sering
digunakan untuk menjelaskan sistem rekayasa. Contoh analisis keadaan stabil BVP
tentang distribusi temperatur,medan aliran potensial,difusi yang mengalir dalam
suatu manifold. Untuk setiap contoh kecuali aliran di manifold maka persamaan
pengatur mengurangi persamaan Laplace ketika sifat fisik dari sistem yaitu
konduktifitas thermal, viskositas, koefisien difusi dan konduktifitas listrik
masing-masing diasumsikan konstan. Misalnya dalam kasus
distribusi temperatur satu dimensi mapan dengan konduktifitas panas konstan,
persamaan diferensial dapat berkurang menjadi:
(1.33)
Untuk geometri
tertentu dalam kondisi batas yang ideal solusi analitik dapat dirumuskan, pada
kenyataannya Carslaw dan Jeager telah mengumpulkan sejumlah solusi analitik untuk
persamaan Laplace.Jenis geometri dipertimbangkan untuk persegi panjang,
silinder, kerucut,dan bola sementara
kondisi biasanya terbatas pada permukaan isolasi atau permukaan dinilai
konstan.
Solusi
dari kasus BVP diperoleh dalam bentuk berikut:
(1.34)
Kasus boundary value problem dapat diselesaikan dengan
Direct methode seperti contoh berikut. Dalam bagian sebelumnya perkiraan beda hingga
persamaan differensial pengatur tersebut diselesaikan secara iterasi. Dalam bagian ini perkiraan beda hingga persamaan
differensial yang mengatur untuk setiap titik node akan dipecahkan secara
simultan. Untuk menggambarkan pendekatan ini, pertimbangkan contoh pengantar
dengan nilai numerik sebagai berikut :
ri = 0,05 meter
r0 =
0,15 meter
Th = 200 0 C
TC = 80 0 C
K =
0,0418 Kj / sec 0. K.m
Maka kita
pertimbangkan 11 poin node sehingga delta r sebesar 0,005m. Pertama, mengganti
pendekatan beda hingga kedalam persamaan (1.35) sebagai berikut :
+
(1.35)
Dan mengumpulkan
seperti hal Ti+ 1 , Ti , Ti-1 :
(
) Ti-1
– (
) Ti +
(
) Ti-1 = 0 (1.36)
Dimana i dapat
memiliki nilai 2-10 , dimana i = 1 dan i = 11 adalah titik batas. Untuk i = 2
nilai Ti-1 adalah batas Th titik, sehingga pada i = 2 hasil
persamaan:
(
) T3-
(
) – T2
+ (
) Tk = 0 (1.37)
Juga untuk i =
10 , T1+1 adalah Tc maka :
(
) Tc-
(
) – T10
+ (
) T9 = 0 (1.38)
Jika Tc dan Th
diketahui, maka nilai lain adalah konstan. Ada sembilan persamaan linier dan
sembilan diketahui (yaitu Ti, i= 2,10).
Perpindahan Panas
Perpindahan panas termasuk
salah satu kasus dari BVP. Efektivitas alat penukar perpindahan kalor maksimum
1.
mh
. Cph = Ch = Cmin maka
= (Thi – Tho / Thi –
Tci)
2.
mc
. Cpc = Cc = Cmin maka
= (Tci – Tco / Thi –
Tco)
secara umum efektivitas dapat dinyatakan dengan :
=
1.2.6.Optimasi
Para
engineer dalam bidang petro maupun oleokimia seringkali menghadapi permasalahan
umum dalam merancang wadah untuk memindahkan liquid ataupun gas. Misalkan Anda
diminta untuk menentukan dimensi dari tangki silinder yang berukuran kecil
untuk memindahkan limbah beracun yang akan dipasang di bagian belakang sebuah
truk pickup. Secara keseluruhan, tujuan dari merancang tangki tersebut untuk
meminimalisir biaya pembuatan tangki. Akan tetapi, disamping biaya, kita juga
harus memastikan dimensi yang dirancang memenuhi kapasitasyang diperlukan dan
tidak melebihi dimensi bagian belakang truk. Perlu juga diperhatikan ketebalan
tangki yang dirancang harus memenuhi spesifikasi yang tentukan karena tangki
tersebut merupakan wadah untuk limbah beracun. Skemadari
tangkidan pelindungnyaditunjukkan pada gambar.
Seperti dapat dilihat, tangkiterdiridari
sebuah silinderdengan tutup bagian atas dan bawah dilas.
Penghitungan biayatangkimelibatkan
duakomponen: 1. biaya bahan, yang didasarkan pada berat, dan2.
Beban pengelasan berdasarkan panjang alasan. Perhatikan bahwa yang terakhir
melibatkan pengelasan baik interior dan eksterior lapisan dimana lempeng
terhubug dengan slinder. Data uang diperlukan untuk problem tersebut diringkas
dalam tabel.
Gambar 1.3. Tangki
Tabel 1.4. Parameter untuk menentukan dimensi optimal
dari tangki berbentuk silinder yang berfungsi untuk memindahkan limbah beracun
Parameter
|
Simbol
|
Nilai
|
Satuan
|
Volume
yang dibutuhkan
|
Vo
|
0,8
|
m3
|
Ketebalan
|
T
|
3
|
Cm
|
Densitas
|
Ρ
|
8000
|
kg/m3
|
Panjang
selimut
|
Lmax
|
2
|
M
|
Lebar
selimut
|
Dmax
|
1
|
M
|
Biaya
material
|
Cm
|
4,5
|
$/kg
|
Biaya
pengelasan
|
cw
|
20
|
$/m
|
Penyelesaian:
Tujuandari contoh kasus ini
adalahuntuk merancangtangkidenganbiaya
minimum. Biaya iniberhubungan denganvariabel
desain(panjang dan diameter) karena mereka mempengaruhimassatangki
danpanjanglas. Selanjutnya, masalah
initerkendala karenatangki harus(1) sesuai dengan ukuranbak
trukdan(2) membawavolume
material yang diperlukan.
Biaya terdiri dari
biaya bahan pembuatan tangki dan biaya pengelasan. Sehingga tujuan dari
meminimalisir biaya tersebut dapat dirumuskan menjadi
C = cm m + cwlw (1.39)
Dimana C = biaya
($), m = massa (kg), lw = panjang pengelasan (m), serta cm
dan cw = faktor biaya untuk massa material yang digunakan ($/kg) dan
panjang pengelasan ($/m).
Selanjutnya,
rumuskan bagaimana massa dan panjang pengelasan dihubungkan ke dimensi dari
tangki yang akan dirancang. Pertama, massa dapat dihitung karena volume material
dapat diketahui dari sensitas material. Volume material digunakan untuk membuat
bagian samping dari tangki (berbentuk silinder) dengan rumus berikut:
Volume untuk
piringan bundar dapat dihitung
Kemudian, massa
material dihitung dengan persamaan
(1.40)
dimana ρ = densitas
(kg/m3)
panjnag pengelasan
untuk tiap piringan sama dengan keliling bagian dalam dan luar lingkaran. Untuk
kedua piringan tersebut, total panjang pengelasan menjadi
(1.41)
masukkan nilai D
dan L (ingat bahwa nilai ketebalan t adalah tetap), persamaan (1.39) sampai (1.41)digunakan untuk menghitung biaya.
Persamaan (1.40) dan(1.41) disubstitusikan ke persamaan untuk membuat persamaan
non linear yang tidak diketahui. Selanjutnya,dapatdirumuskankendala dalam contoh kasus.
Pertama,kita harusmenghitungberapa volumetangkiyang dibutuhkan.
Nilai ini harus
sama dengan volume yang diinginkan.Salah satu kendala dalam contoh kasus
tersebut adalah
Dimana Vo adalah
volume yang diinginkan (m3)
Kendalaselanjutnyadiselesikan denganmemastikan
bahwatangkiakan cocokdalamdimensibak truk.
L ≤ Lmax
D ≤ Dmax
Problem dari contoh
kasus ini menjadi lebih spesifik. Substitusikan nilai dari Tabel 1.4, kemudian
dapat disimpulkan bahwa
Cmax = 4,5m +
20lw
L ≤ 2
D ≤ 1
dimana
dan
lw
= 4π (D + 0,03)
Masalahsekarang dapatdiselesaikan dalambeberapa cara.
Namun, pendekatan yang sederhana untukmasalahsebesar
iniadalah dengan menggunakankomputer (Excell).Untuk
kasusyang ditampilkan,kita memasukibatas atasuntuk Ddan L.Untuk
kasus ini, volumelebihdari
yang dibutuhkan(1,57>0,8)
1.3. Penutup
Metode Numerik adalah suatu metode yang digunakan untuk membantu
dalam menyelesaikan persamaan-persamaan permodelan dari berbagai kasus
khususnya di teknik kimia. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
menggunakan metode numeric yaitu :
1. Identifikasi persamaan yang akan kita selesaikan, apakah
persamaan tersebut persamaan linier
atau non linier.
2. Setelah mengetahui jenis persamaannya, kita harus menentukan
metode apa yang sesuai untuk menyelesaikan persamaan yang telah kita identifikasi
tersebut.
3. Implementasikan metode yang kita pilih untuk menyelesaikan
persamaan tersebut.
Didalam penggunaan metode
numeric ini, ada beberapa kasus persamaan datau permodelan yang dapat
diselesaikan dengan beberapa metode yang terdapat dalam metode numerik yaitu :
1. Sistem persamaan linier
2. Persamaan non linier
3. sistem persamaan non linier
4. Integrasi
5. Persamaan differensial kasus IVP
6. Persamaan differensial kasus BVP
7. Optimasi
DAFTAR PUSTAKA
Budi Nur Iman. 1999. Modul Metode Numerik. Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya. ITS
Chapra, S.C., and Canale, R.P. 1998, Numerical
Methods for Engineers . McGraw-Hill.
Kubicek, Milan. et
al. 2005., Numerical Methods And
Algorithms. Praha
Mark E. Davis. 2001., Numerical Methods & Modeling for Chemical Engineers. John Miley
and Sons. California Isnstitute of Technology.
Riggs,
B.J.,1988. An introduce to numerical
methods for chemical engineers. Texas Tech Unviversity Press, Texas.
Suryadi
H.S., Pengantar Metode Numerik, Seri
Diktat Kuliah, Gunadarma, 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar